Namaku Naura, biasa di panggil Na. Aku tinggal di Aceh Besar, kecamatan Lhoong, gampong Keutapang namanya. Gampongku mempunyai pemandangan yang indah, hamparan laut lepas dengan pengunungan yang hijau. Pantainya masih perawan, deretan pohon pinus dan kelapa membuat keelokannya semakin menawan. Gampongku berada dekat dengan laut hanya berjarak kurang lebih 500 meter dari bibir pantai dan ada beberapa bukit batu di sana. Bukit batu yang kini dijadikan tempat evakuasi jika terjadi tsunami. Karena jaraknya yang dekat, maka tahun 2004 terkena dampak gempa dan tsunami.
***************
Minggu, 26 Desember 2004. Seperti hari minggu biasanya, aku
dan adikku akan bermain layang-layang di belakang sekolah kami. Ya... meskipun
aku seorang perempuan tapi aku suka bermain
layang-layang.
“ Na... kamu tuh anak inong,
kenapa kok main layang-layang? Sini bantu mamak, masak sayur pliek ue kesukaanmu!,"protes mamak ku
pagi itu.
“Sudahlah mak Cuma hari ni aja, nanti kalau sudah siap, Na
bantu mamak cuci baju!", bujukku.
“Ya sudahlah, tapi sebelum berangkat, tolong kau panggil
bapak mu di kedai kopinya bang Fadli, suruh pulang, bapak kau ini betah banget
kalau sudah di kedai," jawabnya. Yes
kataku dalam hati, berarti negoisasiku berhasil.
Di kamar, adikku sedang membaca buku sambil tidur-tiduran. Setelah berhasil membujuk mamakku, aku segera masuk ke kamar
memanggil adikku dan mengambil perlengkapan layang-layang kami. Layang-layang
itu berada di kolong tempat tidur. Namun
seketika itu tempat tidur bergoyang, kulihat sekeliling, pigora poto, hiasan
dinding juga bergerak. Mataku melihat jam dinding, dan jam itupun bergerak dan kulihat saat
itu pukul 7.58 wib. Adikku yang yang tidur-tiduran di kasur pun panik.
“Gempa”, kataku.
Namun gempa kali ini berbeda dengan gempa yang biasa kami alami. Goncangannya sangat kencang dan durasi waktunya lebih lama dari biasanya.
Namun gempa kali ini berbeda dengan gempa yang biasa kami alami. Goncangannya sangat kencang dan durasi waktunya lebih lama dari biasanya.
" mamak... !", teriakku. Aku berlari sambil
menggandeng adikku keluar rumah. Di luar sudah banyak orang berhamburan. Gurat ketakutan tergambar jelas di wajah mereka. Berbagai
macam kalimat tasbih mereka ucapkan. Gempa berkekuatan 9,3 skala Richter telah
mengguncang jiwa kami. Semua orang ketakutan, semua orang panik.
Belum reda ketakutan itu, kulihat gelombang air laut setinggi
pohon kelapa menggulung-gulung menuju kami. Air itu seperti monster
raksasa yang mengejar. Tinggi dan sangat menakutkan. Kami berlari
sekencang mungkin tapi apa daya, monster itu jauh lebih ganas. Hingga akhirnya kami
pun tersapu. Air laut yang menghantam kami, membuat kami berpisah. Badanku
seperti di makan monster air itu, mataku melihat ada banyak orang didalamnya,
tapi tidak kutemukan keluargaku. Orang-orang itu, bergerak- gerak seolah-olah
mencari di mana permukaannya. Kucoba menghirup udara tapi aku malah menelan air,
perutku kembung kurasa sudah banyak air yang masuk.
Dengan sekuat tenaga ku kerahkan agar aku bisa muncul kepermukaan, menghirup udara. Sayup-sayup kudengar suara adikku dikejauhan Sebelum dia menghantam pintu rumah yang mengambang di air, kulihat dia, dia berteriak minta tolong. Setelah itu, dia menghantam kayu lagi, lalu dia lemas tak berdaya. kejadian itu terekam jelas dalam ingatku. Aku tersapu ombak lagi, gelap lalu tak sadarkan diri.
**********
Di bukit belakang gampong
aku ditemukan, tersangkut di sebuah pohon. Kata orang-orang badanku lemas dan
telanjang. Setelah peristiwa itu, semua orang menganggap aku gila. Aku tidak
gila, aku hanya histeris ketika lintasan peristiwa tsunami itu melintas. Aku
suka tertawa sendiri ketika teringat kenangan dengan keluargaku. Atau
aku akan menangis karena aku rindu sekali dengan bapak, mamak dan adik ku.
Hanya itu, dan hari-hariku hanya ada bayangan kenangan itu. Sejak kejadian itu, aku tidak pernah bicara dengan siapapun.
Kini sudah hampir 2 tahun sejak peristiwa gempa dan tsunami. Warga gampongku mendapatkan rumah bantuan dari pemerintah Turki, dan sekarang aku tinggal
bersama bibiku. Rumah bantuan itu dibangun tidak jauh dari gampongku dulu.
Setiap hari hatiku pilu ketika aku lihat rumah ku tinggal sisa- sisa pondasinya. Tak
kutemukan siapapun disana, Emak,bapak dan
adikku mana? Bisik ku. Namun tiba-tiba aku teringat adikku. Adikku yang
pontang-panting dihantam air dan terbentur kayu, seketika itu aku berteriak,
aku teringat gelombang air raksasa itu yang setinggi pohon kelapa. Menyeramkan
sekali.
"Tidak... !", teriakku.
Aku berlari sekuat tenaga, menuju
arah pantai, aku mau mencari keluargaku tapi tak juga kutemukan siapa-siapa,
sepi... hanya ada gerombolan sapi yang yang bertuan tapi dibiarkan.
Lalu aku
pergi menuju bekas sekolah kami, siapa tau adikku bermain layang-layang. Tapi lagi-lagi
tidak kutemukan, sekolah itu sama dengan bekas rumahku dan rumah warga lainya
hanya tinggal pondasi dan lantai kamar mandinya. Semuanya membisu dan sepi,
hembusan angin menyapu wajahku, luka hatiku terasa getir sekali.
"Kemana keluargaku? Aku
ingin bertemu mereka!".
Lalu aku teringat kala itu mamak menyuruhku untuk menjemput bapak, ya... di kedai bang Fadli. Dengan penuh semangat aku menuju kesana, tapi lagi-lagi aku kecewa, hanya tanah kosong yang kini banyak ditumbuhi rumput dan tumbuhan pantai. Selalu saja begitu, selalu berulang, gelombang air raksasa itu, wajah adikku, aku lari kepantai, ke sekolah lalu ke kedai bang Fadli dan lagi-lagi berakhir dengan kesedihan.
Lalu aku teringat kala itu mamak menyuruhku untuk menjemput bapak, ya... di kedai bang Fadli. Dengan penuh semangat aku menuju kesana, tapi lagi-lagi aku kecewa, hanya tanah kosong yang kini banyak ditumbuhi rumput dan tumbuhan pantai. Selalu saja begitu, selalu berulang, gelombang air raksasa itu, wajah adikku, aku lari kepantai, ke sekolah lalu ke kedai bang Fadli dan lagi-lagi berakhir dengan kesedihan.
*********
Malam ini susah sekali kupejamkan mataku, suaru gemuruh
ombak laut itu mengusikku. Malam ini keputusan bahwa aku akan
mencari keluargaku, ayah ibu dan adikku. Aku sudah tidak tahan dengan rindu yang semakin menderu.
Dengan pelan-pelan aku buka pintu rumah
bibi. Malam ini terasa lebih dingin dari malam biasanya. Aku akan ke bukit,
aku nyakin keluargaku pasti ada di sana, tersangkut di salah satu pohon seperti yang dulu aku alami.
Dengan langkah panjang kunaiki bukit ini, bukit yang sama dimana dulu aku di temukan. Bukit ini kini mempunyai tangga dan bertuliskan, "jalur evakuasi" terpasang di papan. Tak sabar rasanya ingin bertemu dengan keluargaku. Satu persatu ku naiki anak tangganya, namun tiba-tiba seperti ada langkah lain selain langkahku. Semakin Aku percepat langkahku, langkah itu juga semakin cepat. Rasa takut tak bisa disembunyikan. Aku takut langkah itu akan mencelakai keluargaku. Aku harus menemukan mereka sebelum langkah itu menemukannya.
Langkahku semakin kupercepat, kunaiki tebing ini dengan setengah berlari, tapi tiba-tiba kakiku terpeleset, badanku berguling-guling kebawah dan kepalaku berkali-kali membentur anak tangganya. Aku terpelanting jatuh kebawah, sebelum tubuhku menghantam tanah, kurasakan kepalaku membentur batu. Seketika itu aku melihat senyum adikku, lalu semua menjadi gelap dan tubuhku serasa melayang, sangat ringan.
#Tantangan2
#onedayonepost
#ODOPbatch5
Dengan langkah panjang kunaiki bukit ini, bukit yang sama dimana dulu aku di temukan. Bukit ini kini mempunyai tangga dan bertuliskan, "jalur evakuasi" terpasang di papan. Tak sabar rasanya ingin bertemu dengan keluargaku. Satu persatu ku naiki anak tangganya, namun tiba-tiba seperti ada langkah lain selain langkahku. Semakin Aku percepat langkahku, langkah itu juga semakin cepat. Rasa takut tak bisa disembunyikan. Aku takut langkah itu akan mencelakai keluargaku. Aku harus menemukan mereka sebelum langkah itu menemukannya.
Langkahku semakin kupercepat, kunaiki tebing ini dengan setengah berlari, tapi tiba-tiba kakiku terpeleset, badanku berguling-guling kebawah dan kepalaku berkali-kali membentur anak tangganya. Aku terpelanting jatuh kebawah, sebelum tubuhku menghantam tanah, kurasakan kepalaku membentur batu. Seketika itu aku melihat senyum adikku, lalu semua menjadi gelap dan tubuhku serasa melayang, sangat ringan.
#Tantangan2
#onedayonepost
#ODOPbatch5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar