Rabu, 04 Desember 2019

Murad si Tokoh Tanah Surga Merah

Murad adalah nama tokoh utama dalam novel Tanah Surga Merah yang ditulis oleh Arafat Nur. Dalam buku ini Murad adalah mantan tentara gerakan Aceh merdeka (GAM). Dahulu sebelum dia buron,  dia dan teman-temannya (yang kini banyak tergabung dengan Partai Merah) berjuang untuk sebuah idealisme, yaitu memperjuangkan kesejahteraan Rakyat Aceh. Namun ketika dia mendapati salah satu teman seperjuangannya  yang mencoba memperkosa seorang gadis belia, gadis yang masih kerabat dekatnya, Murad menembak lelaki itu. Dan sejak saat itu dia menjadi buronan Partai merah dan pemerintah.

Murad adalah seorang sosok yang mempunyai rasa solidaritas yang tinggi untuk orang miskin dan tertindas. Begitu melihat jeritan dari dalam, darah juangku seketika menyala. Aku mendobrak pintu dan lansung memuntahkan tembakan ke tubuh Jumadil yang menatapku keatakutan (halaman 25).
Aku memutuskan keluar sekolah dan bergabung  dengan pejuang dengan pejuang atas kemauan sendiri karena tidak tahan dengan sikap dan kelakukan tentara yang  egitu kejam dan kasar; mereka kerap membunuh, menculik, menjarah, dan memukuli orang- seakan hanya itu tugas utama tentara yang diajurkan Negara. ( Halaman 33)

Sepulang dari masa buronannya, karena kecintaannya terhadap tanah Aceh, maka Murad memutuskan untuk kembali ke tanah Rencong. Namun sebuah kenyataan kenyataan pahit harus dia temui. Banyak sekali kejadian atau peristiwa  di Aceh yang tidak sesuai dengan apa yang dia bayangkan. Mulai dari temen-temen seperjuangannya yang dulu berjuang untuk rakyat Aceh namun kini masuk kepemerintahan di bawah bendera Partai Merah malah berlaku sebaliknya. Murad  juga merasa risih dengan kebiasaan rakyat Aceh yang melenceng dari ajaran agama Islam. Mulutku terasa haus dan aku tidak ingin lebih lama mendengarkan kata-kata jorok anak Bengal ini, dan agaknya tidak menghargai orang tua. Tak ada yang dipikirkan kecuali isi kancut perempuan, dan inilah generasi Aceh masa depan yang otaknya lebih cerdas daripada Amerika. Orang-orang Partai merah lah yang kerap kali meracuni pikiran anak-anak kampong, juga orang tua pikun yang langsung percaya dan membenarkansanjungan menyesatkan yang semakin membuai dan membuat mereka semakin malas berfikirdan semakin membenci buku; dan bahkan Alquran pun telah jarang mereka sentuh. (halaman 64-65)

Murad juga seorang yang tidak suka merepotkan orang lain. Aku lebih memilih jalan kaki daripada lebih meminta Abduh menjemputku yang nanti justrutambah menyibukkannya. Aku tak ingin menjadi tamu yang manja dan harus jadi orang yang tahu diri. (halamana 65)

Dalam pelariaannya untuk menghindari orang-orang partai merah, Murad mendatangi teman-temannya masa lalu yang masih sepemikiran dengannya. Teman-teman itulah yang membantu Murad untuk tetap aman. Meskipun Murad keras kepala namun dia masih menjunjung tinggi baktinya kepada ibunya yang kini agak tuli. Hingga akhirnya Murad bersembunyi di sebuah perkampungan tertinggal di tengah hutan dan bertemu dengan seorang gadis bernama Jamela. Sosok gadis belia yang pemberani, dan dengan gadis ini pula Murad berhasil menghindari bahaya.


#RCO6
#OneDayOnepost

2 komentar: