Jumat, 09 Maret 2018

Cerbung Part3

Baca Cerita Sebelumnya : Cerbung Part2

Liontin Hati

Semenjak tragedi sayur lodeh itu, aku menjadi tidak bersemangat dengan apapun yang berbau masakan. Bahkan acara memasak di televisi yang biasa aku tonton, yang sebenarnya tidak berdosa pun terkena dampaknya, aku jadi hater pembawa acaranya. Iklan tentang masakan langsung aku ganti channelnya. Obrolan grup di WA mengenai masakanpun langsung aku clear chat. Aku muak sekali dengan semua hal berbau masakan. Bahkan mas Bram, suamiku, bercerita bahwa hari ini dia ditraktir koleganya makan di restaurant America yang menghidangkan makanannya tanpa piring juga jadi sasaran kemarahanku. Seketika itu mimik mukaku berubah. Kurubah posisi dudukku, tanda aku menarik diri. Dan mas Bram sepertinya memperhatikan perubahan sikapku.

Setiap pagi aku hanya memasak makanan yang sederhana, nasi goreng atau sarden itupun jika mas Bram ingin sarapan nasi. Namun jika tidak, maka aku hanya menyediakan roti dan selai. Sedangkan siang dan malam, dia jarang sekali makan dirumah. Karena sampai rumah biasanya habis isya'.

Sebenarnya bukan masalah masakan, masakan tidak salah apa-apa. Masakan hanya menjadi kambing hitam atas kejadian pagi itu. Sebenarnya aku hanya kecewa dengan sikap Mas Bram. Kenapa kaum laki-laki tidak bisa untuk basi-basi? Bukankah kebohongan pasangan suami istri juga diperbolehkan dalam islam jika itu untuk kebaikan? 

Sebenarnya sejak pernikahan kami, nyaris tidak ada keributan yang berarti. Mas Bram orangnya sangat baik. Beliau lebih banyak ngemong aku yang terkadang masih suka kekanak-kanakan, yang lebih banyak mengalah ketika kami bertengkar. Dan pertengkaran kami pemicunya pasti hanya hal-hal yang sepele, terkadang hanya masalah cara berkomunikasi. Salah satunya masalah sayur lodeh yang keasinan itu, itupun menurutku. Tapi sebenarnya Mas Bram orangnya sangat romantis, seperti yang terjadi pagi ini. 

“Fania ...?” 

“Iya Mas?” 

“Tolong ambilkan barangku di dalam tas,” katanya. Dengan buru-buru kuturuti saja perintahnya. Aku temukan kotak kecil yang dibungkus kertas kado warna merah muda. 

“Yang dibungkus kertas kado ini Mas?” 

“Iya ... Tolong bawa kesini ya!” 

“Ini,” sambil kusodorkan bungkusan itu. 

“Tolong kamu buka.” Katanya sambil mengancingkan kancing di lengan bajunya. 


Akupun melihatnya, dia seperti tidak begitu peduli. Sebenarnya bungkusan apa sih ini. Bentuknya seperti kado. Kado dari siapa? Lalu mengapa aku yang disuruh membukanya? Berbagai macam pertanyaan masih bermuculan di benakku. Hingga bungkusan itu telah telanjang dari bungkusnya. Kotak kecil berwarna merah, kotak perhiasaan. Dan setelah aku buka ternyata sebuah kalung dengan liontin berbentuk hati warna merah jambu. 


“Waow ... cantik banget, punya siapa ini Mas?” tanyaku. Sambil kulihat dia yang sedang memperhatikan ekspresiku melihat kalung dan liontin di tanganku. Senyum mengembang di wajahnya. 

“Ya... Buat kamu Fania!”jawabnya. 

“Buat aku? Yang benar Mas? “ 

“Iya buat kamu.” 

“Tapi ... Mengapa ada hadiah hari ini? Hari ini bukan hari ulang tahunku.” Aku berusaha mengingat-ingat kejadian penting lain yang terjadi di tanggal ini, namun tidak juga aku temukan. 

“Selamat hari perempuan Fania ... Semoga kamu menjadi perhiasan paling indah yang kumiliki di dunia ini.” Sambil mengambil kalung itu dan memasangnya di leherku.

Aku tidak tahu harus berkata apa, seketika badanku seperti beku, mulutku kaku. 

“Ini juga sebagai permintaan maafku karena kata-kataku  kemarin, yang telah menyinggung perasaanmu.” 


“Kata-kata yang mana?” Aku mengernyitkan dahi. 

“kemarin aku bilang bahwa sayur lodehnya keasinan, maaf ya!” 

Akupun tersenyum, tersipu malu tepatnya. Ternyata Mas Bram tau perasaan yang ku rasakan. Ternyata dia mengamati mimik mukaku, sikap dinginku pagi itu dan gerak gerikku selama ini. Lalu aku hanya mengangguk dan tersenyum. 



Bersambung ....

Baca Cerita Selanjutnya : Burung Gereja

#tantanganCerbung  #10Episode 
#ODOP
#OneDayOnePost











7 komentar:

  1. Ya ampun. Anak gadis ini ikutan baper dan mupeng bunda baca ceritanyaa hahaha....

    BalasHapus
  2. Bram? Saya juga pernah bikin cerita tentang bram. Bram memang luar biasa

    BalasHapus
  3. Balasan
    1. loh iya kah mas? hahaha ga sadar akunya

      Hapus