Minggu, 18 Maret 2018

Diorama Cinta part11

Baca cerita sebelumnya : Diorama Cinta part10

Haifa mengantarkanku pulang. Di perjalanan aku lebih banyak diam. Tidak banyak obrolan yang kita lakukan. Pikiranku kalut, apakah aku akan bilang sama mas Bram? Bahwa aku dari dokter, dan katanya kemungkinan aku mengidap tumor atau kanker ovarium. Ah, sepertinya belum dulu. Lagipula penyakit ini juga belum pasti. 

“Gimana kata Dokter Fan?” Tanya Haifa memecahkan keheningan kami. memang dari tadi dia aku larang untuk ikut masuk ke ruang dokter. 

“Ah, ga pa-pa, cuma sakit perut biasa.” Alasanku untuk menutupi. 

“Alhamdulillah deh kalau begitu. Tapi kamu yakin, malam ini kamu tak ingin aku menginap di rumahmu?” 

“Ga usah Haifa, aku ga pa-pa kok. Lagian kamu besok kan juga harus ngantorkan? Kalau kamu menginap di rumahku, bisa-bisa besok kamu tidak bisa sampai kantor tepat waktu, terkena macet.” 

“Ya udah deh kalau begitu. Tapi kalau ada apa-apa kamu telepon aku ya?” 

“Iya.” Jawabku. 

“Oiya lusa jadi ikut reuni?” tanyanya. 

“Iya, ikutlah. Kamu jemput aku ya!” 

“Siap tuan putri,” jawabnya. Kamipun terkekeh. 

Tak terasa mobil haifa sudah masuk ke pekarangan rumahku. 

“Makasih ya Fa. Hati-hati di jalan!” Akupun turun dari mobilnya. 

“Aku ga usah turun ya? Udah malam, aku langsung balik.” 

“iya. Hati-hati.” Aku lambaikan tangan. 

“Assalamualaikum.” 

“Waalaikumsalam.” 

Tidak lama mobil suzuki Swift itupun tak terlihat. 

Dengan gontai aku melangkah menuju kamar. Berbagai macam pikiran dan perasaan menghantuiku malam ini. Aku binggung apa yang harus aku lakukan? Aku ambil laptopku, aku browsing tentang kanker ovarium. Mataku tak berkedip saat membaca dengan teliti setiap informasi yang di sajikan di salah satu laman kesehatan. Ya Allah ... kenapa tanda dan gejala kanker ovarium itu sama seperti yang aku alami akhir-akhir ini. Aku menarik nafas panjang, namun serasa susah sekali aku bernafas. Tak terasa air mataku mengalir. Aku teringat Almarhum ayahku, ibuku dan mas Bram, suamiku. Kini aku sendiri disini, meratapi ketakutan akan penyakit ganas yang kemungkinan di tubuhku. Jika memang benar ada tumor atau kanker di ovariumku, apakah aku masih bisa mempunyai anak? Menjadi seorang ibu, menjadi arsitek buat anak-anakku? Air mataku semakin deras mengalir. 



Bersambung ...

Baca cerita selanjutnya : Diorama Cinta part12

Tidak ada komentar:

Posting Komentar