Senin, 12 Maret 2018

Diorama Cinta Part6



Sebenarnya bukannya aku tidak mau pergi kemana-mana sendiri, namun aku memang tak suka. Dulu aku selalu dengan Haifa sahabatku. Namun kini dia sibuk dengan pekerjaan di kantornya. Kita punya kehidupan sendiri-sendiri sekarang. Pagi ini kususun rencana, bahwa setelah selesai pekerjaan rumah aku akan pergi ke toko buku langgananku. Mungkin aku akan membeli beberapa buku. 

Aku masukkan gawaiku yang tadi malam aku letakkan di meja dekat tempat tidur ke dalam tas selempangku warna biru. Jalanan yang kulalui tak banyak berubah. Pohon-pohon besar dengan trotoar yang lebar membuat para pejalan kaki merasa nyaman. beberapa orang berlalu lalang sibuk dengan gawainya. Aku jadi teringat pesan WA tadi malam. Apa benar pesan itu buatku? Dari siapa? Atau hanya salah kirim? Aku ambil gawaiku dalam tas biruku. Aku lupa bahwa pesan itu sudah aku hapus. Segera aku buang memoriku tentangnya. 

Memoriku kembali ke masa lalu, hari-hari bersama Haifa sahabatku. Memang benar terasa janggal rasanya. Biasanya ada teman mengobrol di sepanjang perjalanan, namun kini aku sendiri. Bukan berarti aku tak bahagia dengan kehidupan baruku namun ada rindu akan masa lalu. Setelah mendapatkan beberapa buku, aku langsung pulang kerumah. 

“Waduh hujan... lupa gak bawa payung lagi!” gumamku dalam hati. Aku biarkan saja air hujan itu membasahi tubuhku. Sesampainya di depan rumah aku cari di mana aku tadi menyimpan kunciku di dalam tas selempang yang kubawa siang itu.

“Aduh kemana ini kuncinya’” gumamku dalam hati. Tapi aneh pintu itu sepertinya tak terkunci. Apa aku yang lupa ya tadi tidak aku kunci? Apa karena rutinitas baruku telah mengorupsi sebagian memoriku? Kubuka perlahan-lahan pintunya, takut ada maling di dalam rumah. 

“Lho Mas, jam segini kok dirumah?” tanyaku. Aku terkejut mas Bram duduk di sofa sambil membaca koran. 

“Lho kamu kok basah kuyup begitu?” Tanyanya yang tidak menjawab pertanyaanku. 

“Iya aku lupa membawa payung. Aku tadi jalan-jalan di luar sebentar ke toko buku langgananku.” 

“Oh ... ya sudah ganti baju sana biar tidak masuk angin. Ada hal penting yang mau aku sampaikan.” 

Tanpa pikir panjang aku segera menuju kamar mandi. Sedangkan mas Bram sejak tadi masih duduk di sofa di ruang keluarga dengan menikmati secangkir tehnya. 

“Fania ... kesini sebentar!” perintah mas Bram ketika dia tahu bahwa aku sudah selesai mandi. 

“Iya mas, sebentar lagi.” Kuletakkan hair dryer di meja riasku. 

“Sini duduk sini!” katanya. Akupun duduk didekatnya. Aku lihat sudah ada dua cangkir teh di meja dan ada kotak sebesar kotak sepatu. 

“Fania, bulan depan aku ada tugas dari kantor untuk mengawal proyek di Singapura. Ya ... mungkin selama sebulan.” Kata-katanya berhenti. Aku lihat dia merilikku. 

“Tapi sebelum kepergianku, aku sudah mengajukan cuti. Kita akan berlibur,” lanjutnya. 

Aku tidak tahu, aku harus senang atau sedih. Di lain sisi aku senang karena kita akan berlibur berdua. Itu berarti kesepianku bisa terobati saat ini. Namun setelah itu, dengan kepergiannya sebulan sama juga dengan membuat kesepianku semakin berkepanjangan. 

“Berlibur kemana?” tanyaku. 

“Coba kamu buka!” mas Bram menunjuk kotak di depanku. Aku buka kotak itu. Sekuntum bunga mawar dan dua tiket pesawat. Aku ambil tiket itu dan aku baca dengan teliti. 

“Banda Aceh?” 

“Iya kita akan ke pulau Weh, di sana alamnya masih asri dan sangat indah. Kita mulai petualangan kita dari ujung Indonesia, dari Sabang.” 


Baca Cerita sebelumnya : pesan WhatsApp

#tantanganCerbung
#ODOP
#OneDayOnePost





3 komentar:

  1. Ih mas Bram kok bikin gemes sih, Bun.

    Rasanya pengen duplikatnya mas Bram hehehe...

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahah tu kan kena bapertermania.. wkwkwkw

      Hapus