Kamis, 19 Desember 2019

The Puppeteer, Sebuah Tradisi Pemakaman yang Berbeda



Jostein Gaarder seorang penulis bestseller Dunia sophie, melalui  bukunya The Puppeteer mengisahkan tentang seorang yang bernama Jacop Jacobsen. Jocob Jacobsen adalah seorang pria biasa yang mempunyai hobi penghadiri pemakaman, berbagi emosi sesaat kepada keluarga yang berduka . Meskipun dia harus mengarang kebohongan tentang bagaimana dia mengenal para almarhum.

Karena novel ini banyak berkisah tentang suasana pemakaman maka saya akan   menyoroti  mengenai perbedaan tradisi pemakaman di Indonesia dan di Norwegia (setting novel ini).
Indonesia  mayoritas penduduknya adalah muslim, maka prosesi pemakaman menggunakan syariat islam. Tidak banyak prosesi setelah mayat di makamkan, hal ini sangat berbeda dengan tradisi di Norwegia. Tradisi pemakaman di Norwegia sebelum dan sesudah prosesi pemakaman sangat panjang.

Gereja Vestre Aker telah penuh sesak, dan kami berjalan berdesak-desakan di belakang tandu menuju makam. Meski sinar matahari terhalang dedaunan,sinarnya tetap menusuk mata, sebagian orang memanfaatkan kesempatan untuk memakai kacamata hitamnya. Di kepala terus berdengung lagu-lagu koor, solo trompet yang anggun, dan bunyi orgel  yang menghanyutkan. (halaman17)
Hal ini menggambarkan kepada kita bahwa prosesi sebelum pemakaman di adakan acara di Gereja terlebih dahulu dengan diiringi lagu koor, solo trompet dan bunyi orgel.  Lalu setelah acara pemakaman selesai maka akan diadakan acara mengenang almarhum. Dalam acara mengenang almarhum aka nada perwakilan dari keluarga untuk memberikan sambutan. Tamu-tamu yang hadir akan menyampaikan sepatah dua patah kata mengenai kenangan bersama almarhum.

“Sebentar lagi akan disajikan makanan di meja, dan kita akan makan bersama dan mencoba akan mmengenal satu sama lain di tempat duduk masing-masing. Setelah itu akan ada kesempatan untuk menyampaikan sepatah dua patah kata untuk , dan saya mohon untuk memberikan tanda kepada saya terlebih dulu, karena seperti yang kita ketahui saya lah yang ditugaskan memimpin acara sore ini. Di acara mengenang Erik ini, kita juga akan disuguhi sedikit pertunjukkan seni, sesuatu yang sudah sepatutnya. Tapi , mari kita mulai dengan sajian dagigng yang diasinkan, sour cream, telur orak-arik, salad kentang, flatbread, bir, dan air putih. (halaman 29)

 Di Norwegia yang mayoritas penduduknya adalah memeluk agama Kristen sangat berbeda dengan di Indonesia yang sebagian besar masyarakatnya memeluk Islam. Di Norwegia jamuan mengenang almarhum diisi dengan acara berbincang, setiap tamu di beri kesempatan untuk berbicara mengenai almarhum dengan ada pertunjukan seni dan berbagai macam hidangan seperti hidangan pesta. Namun di Indonesia setelah pemakaman tidak  ada prosesi  seperti itu kecuali yasin dan Tahlil untuk mengirimkan doa.


#RCO6
#pekan3
#ODOP
#OneDayOnePost


Rabu, 04 Desember 2019

Murad si Tokoh Tanah Surga Merah

Murad adalah nama tokoh utama dalam novel Tanah Surga Merah yang ditulis oleh Arafat Nur. Dalam buku ini Murad adalah mantan tentara gerakan Aceh merdeka (GAM). Dahulu sebelum dia buron,  dia dan teman-temannya (yang kini banyak tergabung dengan Partai Merah) berjuang untuk sebuah idealisme, yaitu memperjuangkan kesejahteraan Rakyat Aceh. Namun ketika dia mendapati salah satu teman seperjuangannya  yang mencoba memperkosa seorang gadis belia, gadis yang masih kerabat dekatnya, Murad menembak lelaki itu. Dan sejak saat itu dia menjadi buronan Partai merah dan pemerintah.

Murad adalah seorang sosok yang mempunyai rasa solidaritas yang tinggi untuk orang miskin dan tertindas. Begitu melihat jeritan dari dalam, darah juangku seketika menyala. Aku mendobrak pintu dan lansung memuntahkan tembakan ke tubuh Jumadil yang menatapku keatakutan (halaman 25).
Aku memutuskan keluar sekolah dan bergabung  dengan pejuang dengan pejuang atas kemauan sendiri karena tidak tahan dengan sikap dan kelakukan tentara yang  egitu kejam dan kasar; mereka kerap membunuh, menculik, menjarah, dan memukuli orang- seakan hanya itu tugas utama tentara yang diajurkan Negara. ( Halaman 33)

Sepulang dari masa buronannya, karena kecintaannya terhadap tanah Aceh, maka Murad memutuskan untuk kembali ke tanah Rencong. Namun sebuah kenyataan kenyataan pahit harus dia temui. Banyak sekali kejadian atau peristiwa  di Aceh yang tidak sesuai dengan apa yang dia bayangkan. Mulai dari temen-temen seperjuangannya yang dulu berjuang untuk rakyat Aceh namun kini masuk kepemerintahan di bawah bendera Partai Merah malah berlaku sebaliknya. Murad  juga merasa risih dengan kebiasaan rakyat Aceh yang melenceng dari ajaran agama Islam. Mulutku terasa haus dan aku tidak ingin lebih lama mendengarkan kata-kata jorok anak Bengal ini, dan agaknya tidak menghargai orang tua. Tak ada yang dipikirkan kecuali isi kancut perempuan, dan inilah generasi Aceh masa depan yang otaknya lebih cerdas daripada Amerika. Orang-orang Partai merah lah yang kerap kali meracuni pikiran anak-anak kampong, juga orang tua pikun yang langsung percaya dan membenarkansanjungan menyesatkan yang semakin membuai dan membuat mereka semakin malas berfikirdan semakin membenci buku; dan bahkan Alquran pun telah jarang mereka sentuh. (halaman 64-65)

Murad juga seorang yang tidak suka merepotkan orang lain. Aku lebih memilih jalan kaki daripada lebih meminta Abduh menjemputku yang nanti justrutambah menyibukkannya. Aku tak ingin menjadi tamu yang manja dan harus jadi orang yang tahu diri. (halamana 65)

Dalam pelariaannya untuk menghindari orang-orang partai merah, Murad mendatangi teman-temannya masa lalu yang masih sepemikiran dengannya. Teman-teman itulah yang membantu Murad untuk tetap aman. Meskipun Murad keras kepala namun dia masih menjunjung tinggi baktinya kepada ibunya yang kini agak tuli. Hingga akhirnya Murad bersembunyi di sebuah perkampungan tertinggal di tengah hutan dan bertemu dengan seorang gadis bernama Jamela. Sosok gadis belia yang pemberani, dan dengan gadis ini pula Murad berhasil menghindari bahaya.


#RCO6
#OneDayOnepost

Minggu, 24 November 2019

Kalatidha


Judul : Kalatidha
Penulis : Seno Gumirang Ajidarma
Penerbit    : PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN : 978-602-06-2284-2
Cetakan Tahu : 2007/ cetakan pertama

Sebuah novel berjudul Kalatidha yang ditulis oleh Seno Gumirang Ajidarma ini mempunyai  halaman sebanyak 214 dan 16 halaman pembahasan dari Melani Budianta dan Hilman Farid. Di halaman awal ada sebuah  tembang dari Ranggawarsita yang berjudul Kalatidha (Zaman Rusak). Maka dalam karya ini, Seno membuat sebuah novel yang berjudul sama, yaitu Kalatidha sebagai edisi  kritis berdasarkan peristiwa di tahun 1965.

Buku ini sebenarnya menceritakan tentang seseorang yang masuk penjara karena membobol sebuah bank. Di dalam penjara dia merekam kembali ingatan ke masa lalunya bersama  kliping Koran tahun 1965 yang berhasil ia selundupkan. Kliping Koran tersebut adalah milik kakak perempuannya yang dituduh sebagai anggota Gerwani. Peristiwa G30S/PKI menjadi latar cerita novel kalatidha ini. Sebuah sejarah yang masih menyisakan luka bagi korban dan keluarganya dan juga masih menjadi misteri.

Kalatidha dibuka dengan  sebuah kabut dan sepanjang cerita diselimuti kabut. Kabut menggambarkan sebuah ranah ketidakjelasan, sebuah ruang yang terbuka untuk menafsirkan berbagai kemungkinan. Karena kabut lekat dengan kemampuan dan ketidakmampuan panca indra untuk melihat.
Novel ini mempunyai plot yang lompat-lompat. Di awal  mencerita seorang anak (masa kecil pembobol bank) yang berkisah tentang sebuah dunia di balik kabut hutan bambu. Di hutan bambu itu terdapat 11makam prajurit jepang yang melakukan hara-kiri dan sebuah nisan  milik gadis kecil yang meninggal.  Sejak kecil aku selalu menatap kabut, yang memberikan dunia kelabu, basah dan berembun, kabut yang bagaikan menyimpan sebuah rahasia di baliknya, rahasia yang tiada pernah dan tiada perlu terungkap (halaman 1)

Sebuah makam gadis kecil yang meninggal bersama keluarganya di bantai pada tahun 1965-66. Gadis kecil yang ia sukai,  meninggal karena di bakar rumahnya oleh massa karena dianggap keluarga PKI. Semua keluarganya meninggal  kecuali kembaran gadis tersebut yang akhirnya menjadi gila.
Tokoh ‘aku’ melihat pembunuhan itu sebagai dunia yang mengerikan, dan tidak bisa diterima oleh akal. Dan ia beruntung bisa melakukan sebuah perjalanan antara dunia nyata yang direkam oleh kumpulan kliping kakak perempuannya dan “dunia kabut” yang ia ciptakan sendiri yaitu berteman dengan gadis pujaannya yang telah meninggal. Di saat gadis kembarannya yang gila meregang nyawa, gadis yang ia sukai (yang sudah meninggal) masuk ke dalam jasad kembarannya dan menuntut balas atas kematian keluarganya.

Novel karya Seno Gumirang kali ini penuh dengan kritik sosial. Di mana manusia memburu sesama manusia dengan penuh kebencian.  Katalidha (Zaman rusak), sebuah istilah yang tepat untuk menggambarkan sebuah masyarakat yang sakit, manusia memburu sesama manusia dengan keji. Menunduh dan menghakimi  tanpa bukti. Kebencian meninggalkan akal sehat, luka dan sakit hati meluapkan dendam yang tak berperikemanusiaan.

Meskipun penuh dengan kritik sosial, saya suka gayakepenulisan dalam buku ini. mengungkapkam sebuah fakta dan pesan moral dengan bahasa yang puitis dan membutuh perenungan yang dalam, yang merupakan ciri khas gaya kepenulisan Seno Gumira Ajidarma.

“Pada mulanya memang kabut, masih, dan akan selalu kabut dan sebaiknya memang tetap saja kabut, yang kekelabuannya tiada pernah dan tiada perlu memberikan sesuatu yang jelas. Apalagi yang menarik dari hidup ini jika segala sesuatu sudah begitu jelas dan begitu pasti? Aku adalah anak kabut,dilahirkan oleh kabut, hidup di dalam kabut, dan hanya bisa hidup dalam dunia berkabut, karena hanya di dalam kabut aku bisa menjadi pengembara di dalam dunia yang kuciptakan sendiri. Hanya kabut, demi kabut, dan atas nama kabut kupertaruhkan hidup dan matiku, pahit dan manisku, suka dan dukaku, kebahagiaan dan kepahitanku, kehidupan dan kematianku dalam segala kemungkinan yang telah diciptakan Tuhan untuk dijelajahi olehku. kabut adalah duniaku-Dalam kabut itulah aku mengembara dan menjelajahi seribusatu kemungkinanku.” (Halaman 1-2)




Sabtu, 23 November 2019

Mengamati Proses Metamorfosis Ulat menjadi Kupu-Kupu

Beberapa hari yang lalu seorang teman memamerkan  koleksi sebuah percobaan toples yang dalamnya ada kepompong yang keluar seekor kupu-kupu. Lalu karena aku juga ingin memberikan pengalaman kepada anak-anak untuk bisa melihat secara langsung proses sebuah metamorfosa kupu-kupu, maka akupun mengapdobsi percobaannya.

Dihari pertama mencari seekor ulat. Tanaman yang kami tuju adalah pohon jeruk. Kanapa tumbuhan jeruk? Karena di tanaman ini banyak sekali ulat hijau (yang tak berburu). Dan akhirnya kami pun memperoleh seekor. Lalu kami mencari media/tempat untuk ulat itu bisa bermetamorfosis. Sebuah toples menjadi pilihan kami, dengan ditutup sebuah plastic yang diberi lubang untuk pernafasan.




Hari kedua, ulat itu mulai menempelkan badannya di dinding toples. Beberapa daun aku lihat sudah banyak yang berlubang. Aku kira dia sudah makan banyak untuk bersiap menjadi kepompong. Sebuah proses yang harus dilalui ketika harus menjadi seekor kupu-kupu.


Hari ketiga, ulat itu sudah mulai membungkus badannya. Warna hijau yang tak jauh berbeda dengan warna tumbuhnya hampir mengecoh kami bahwa kupu-kupu itu sudah melakukan proses metamorfosa. Dimulai dari kepala dilapisi dengan sebuah serat warna kecoklat-coklatan, namun secara keseluruhan masih berwarna hijau. Badan yang menempel di dinding toples terdapat sebuah serat semacam serat laba-laba untuk mengikat badannya agar tidak jatuh dari dinding toples

Hari keempat, kepompog itu sudah berwarna hijau kecoklat-coklatan. Namun kita terlihat lebih ringan jika dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya. Hari kelima, keenam sampai hari kesebelas proses hampir sama, namun semakin bertambah hari berat kepompong itu jauh lebih ringan setiap harinya.


Hari kedua belas, pagi ini kami lihat seekor kupu-kupu bersayap hitam berada dalam toples kami. Meskipun kami tidak tahu bagaimana proses kupu-kupu itu bisa lepas dari kepompongnya ada rasa senang campur haru karena kami telah berhasil menyaksikan perubahan atau metamorfosa seekor ulat menjadi kupu-kupu. Kepompong yang menempel di dinding toples telah robek diujungnya, seekor kupu-kupu berterbangan di dalam toples. Karena tujuan kami adalah hanya melihat proses metamorfosa secara langsung maka kami release (terbangkan) kupu-kupu itu ke alam semesta.




Anak-anak terlihat senang mengamati setiap proses yang terjadi. Aku berharap dengan langsung mengamati, mereka akan memperoleh pengalaman belajar yang berbeda, karena selama ini mereka belajar hanya dari sumber bacaan yaitu buku.

Jumat, 22 November 2019

Sebuah Novel dari Sudut pandang Anak Usia 6 Tahun : Di Tanah Lada




Judul                              : Di Tanah Lada
Penulis                           : Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie
Penerbit                         : Gramedia Pustaka Utama
Genre / Kategori          : Novel / Fiksi
ISBN                              : 978-602-03-1896-7
Tahun Terbit & Cetakan : 2015/1


Buku yang ditulis oleh Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie ini terdiri dari 240 halaman. Dan buku ini adalah pemenang kedua sayembara menulis novel Dewan Kesenian Jakarta tahun 2014. Sebuah karya dari penulis muda ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie yang berdomisili di Bandung yang lahir pada tahun 1993 ini berlatar belakang dari sudut pandang seorang anak berusia 6 tahun. Sebelumnya Ziggy lebih banyak menulis tentang tema horor dan fantasi. Dibandingkan dengan karya Ziggy Semua ikan di Langit, novel Di tanah Lada ini lebih mudah untuk dipahami.


Buku ini menceritakan tentang seorang anak yang bernama Salva yang mempunyai trauma terhadap sosok papa. di dalam pembukaan, di bab awal, Salva menceritakan sosok papanya yang bagaikan hantu, kejam dan dingin. Namun ia mempunyai seorang kakek dan mama yang sangat baik. Sebelum kakeknya meninggal, kakek Kia, papa dari ayahnya, memberikan hadiah sebuah kamus Bahasa Indonesia di hari ulang tahunnya.  Sejak saat itu, Ava, panggilan Salva, pintar sekali berbahasa Indonesia. Jika ada kata-kata yang tidak dimengerti yang diucapkan orang tuanya atau orang di sekitarnya, dia kan mencari tahu dengan membuka kamus pemberian kakek Kia.


Setelah Kakek Kia meninggal, Papa Salva memperoleh warisan uang yang banyak. Karena Papanya suka berjudi, maka mereka bertiga pindah ke rusun Nero. Sebuah rusun kumuh namun dekat dengan kasino, tempat papanya berjudi. "Ya! Bagus, kan? Kau lihat gang kecil di samping rusun ini? Kalau kita lewat sana, terus saja, bisa langsung tembus ke kasino!" (Halaman 15)


Di rusun Nero Ava bertemu dengan anak laki-laki bernama P. P adalah seorang anak laki-laki yang mempunyai latar belakang yang hampir sama dengan Ava. Papanya P sering memarahi dan memukulnya. Mempunyai latar belakang yang hampir sama, Ava dan P merasa cocok untuk berteman. Ava yang mempunyai kebiasaan berbahasa indonesia yang baik dan benar membuat P merasa ada yang aneh dengan Ava. "Tapi kamu ngomongnya aneh. Kayak orang besar." Aku binggung. "Mama dan Kakek Kia selalu menyuruhku bicara seperti ini. Katanya aku tidak boleh bicara seperti anak-anak di sekolah, karena cara bicara mereka kurang baik." (Halaman 24)


Ava menyukai P karena P pintar meskipun tidak sekolah. Ava di kenalkan P dengan Mas Arli dan kak Suri, dua orang yang sangat baik kepadanya. Mas Arli dan kak Suri mengajari banyak hal kepada P. Saat Papa Ava melakukan kekerasan, Mama Ava memutuskan untuk meninggalkan suaminya dan pergi dari rusun Nero. Dalam situasi begini, Ava merasa  tidak bisa meninggalkan P, karena P tidak memunyai siap-siapa lagi apalagi setelah papa P menyetrika tangan P. Akhirnya mereka berdua berencana untuk tinggal di rumah nenek Ava, di tanah lada. Dalam perjalanan akhirnya P tahu siapa ayah dan ibu kandungnya dan disitulah petualangan dua anak dimulai dan berakhir.


Membaca Novel ini penuh dengan pesan moral. Sebuah cerita dengan sudut pandang anak kecil yang penuh dengan kepolosan, ketulusan dan kesederhanaan. Apalagi dengan celoteh lucu khas anak-anak membuat novel ini terasa hidup. Sosok Ava yang selalu membawa kamus kemana-mana dan akan mencari tahu kata-kata yang asing baginya menjadi  bumbu yang menarik untuk buku ini. Akhirnya sebuah ending cerita yang menjadi perenengun kita semua, bahwa terkadang orang dewasa terlalu egois untuk memberikan masalah traumatis bagi anak-anak yang mempunyai pikiran yang masih sangat sederhana. Dan dalam mengambil sebuah keputusan harusnya dipikirkan matang-matang.





Rabu, 20 November 2019

Belajar Membatik dengan malam Dingin


 

 


Kalau batik tulis biasanya menggunakan malam (lilin) yang dipanaskan lalu diaplikasikan dengan menggunakan canting, namun membatik dengan malam dingin tidak begitu. Membatik dengan malam dingin tidak menggunakan malam (lilin) yang biasa di gunakan oleh batik tulis, namun menggunakan malam yang dibuat sendiri dengan bahan bakunya dari tepung ketan atau tepung kanji (tapioka ). Pengaplikasiannya pun  tidak menggunakan canting tapi menggunakan botol tutup lancip yang ujungnya sudah dimodifikasi.

Kelebihan menggunakan teknik malam dingin yaitu malam dingin tidak perlu dipanaskan, bisa dipakai dalam keadaan dingin, malam bisa di beri warna,  bisa diaplikasikan diberbagai macam kain dan memakai segala jenis cat. Selain itu pengerjaan membatik menjadi mudah, cepat dan murah. Dalam proses pelorotan pun tidak perlu menggunakan air panas sebagaimana yang dilakukan saat membuat batik tulis seperti biasanya. Membatik dengan teknik malam dingin cukup merendam kain hasil batik dengan air dingin untuk menghilangkan malamnya.

Namun kelebihan menggunakan teknik malam dingin yaitu tidak bisa untuk membuat garis/motif kecil, tidak bisa untuk motif yang rumit, malam dinginnya lambat kering dan jika disimpan tidak tahan lama, cepat encer.

Adapun bahan dan alat yang digunakan adalah :
Bahan :
Kain
Sabun cuci
100 gram tepung ketan/ kanji (tapioka )
750 ml air
4 sdm gula merah cair (kental)
1 sdt garam
½ sdt natrium benzoate
4 sdm minyak goreng / mentega cair
Cat tekstil (zat warna pigmen, aneka warna)
Air untuk mencuci
Peralatan yang digunakan :
Midangan / bingkai kayu
Bak / ember
Botol tututp lancip / plastik segitiga
Kompor
Panci + pengaduk
Kuas
Pensil
Sterika

Cara membatik dengan teknik malam dingin
Persiapan kain
Sebelum kain di batik, rendam kain dengan air sabun sekitar 3 jam, cuci lalu keringkan. Proses ini biasanya di sebut dengan mordanting, yang bertujua untuk membersihkan dan membuka pori-pori kain.

Membuat malam dingin
Masukkan 750 ml air, teoung ketan atau tapioka, Natrium benzoate dan garam. Lalu panaskan, aduk rata hingga mengental. Kemudian dinginkan, tambahkan gula merah cair/ kental, minyak goreng, lalu mixer sampai halus dan rata dan saring.

Proses Membatik
Masukkan malam dingin ke dalam botol tutup lancip atau plastik segitiga yang sudah dilubangi kecil ujungnya. Buatlah pola diatas kain. Setelah pola terbentuk, buatlah outline mengikuti pola batik yang telah dibuat sampai pola tertutup oleh malam dingin. Keringkan pola yang sudah tertutup oleh malam dingin. Pengeringan bisa dilakukan dengan menjemur dibawah terik matahari atau menggunakan alat hairdrayer. Lalu beri warna batik sesuai dengan warna yang dikehendaki.

Untuk kain berjenis polyester menggunakan cat tekstil jenis disperse. Cat jenis disperse adalah zat warna secara sintesis, yang kelarutannya dalam air sedikitdan zat warnatersebut digunakan untuk mewarnai serat-serat sintesis atau serat tekstil yang bersifat hidrofob.
Sedangkan untuk jenis kain katun dan sutra, dalam pewarnaannya menggunakan cat tekstil jenis reaktif. Cat tekstil jenis reaktif adalah zat warna yang dapat mengadakan reaksi dengan serat (ikatan kovalen) sehingga zat warna tersebut merupakan bagian dari serat. Karena mengadakan reaksi dengan serat selulosa, maka hasil pencelupan zat warna reaktif mempunyai ketahanan luntur yang sangat baik. Contoh cat tekstil jenis reaktif asalah wantex-R.
Untuk segala jenis kain digunakan zat warna pigmen. Zat warna pigmen merupakan zat warna yang dapat digunakan untuk mencap semua jenis bahan tektil sehingga zat warna ini lebih banyak digunakan. Zat warna ini tidak mempuyai gugus pelarut atau gugus yang dapat berikatan dengan serat. Sifat zat ini hanya menempel saja pada permukaan kain dengan pengikat binder. Contoh zat warna ini adalah cat lukis tektil, wantex-ps.

Proses Fiksasi
Setelah kain diwarnai dan warnainya kering, langkah selanjutnya yaitu dilakukan proses fiksasi. Yaitu dengan cara di setrika secara merata pada seluruh  permukaan kain atau bisa juga dengan dijemur selama minimal ½ jam pada keadaan matahari terik.
Namun untuk kain sutra dan katun, proses fiksasinya adalah dengan cara dibungkus kertas Koran kemudian dikukus.

Proses Akhir
Langkah terakhir dalam membatik teknik malam dingin adalah rendam kain dalam air sekitar 15 menit, kemudian dikucek-kucek untuk menghilangkan malam dinginnya. Lalu bilas beberapa kali dengan air bersih hingga air bilasan bening. Keringkan lalu kain siap digunakan.

Selasa, 19 November 2019

Ecoprint : Mewarnai kain dengan Daun dan bunga

Ecoprint merupakan salah satu olah kain, teknik ini menggunakan bagian dari tumbuhan (daun, batang daun dan daun) untuk mencetak bentuk dan mentransfer tanin dari tumbuhan, dan warna murni dari tumbuhan itu. Ecoprint adalah sebuah proses yang unik karena tidak bisa diulang. Dalam setiap proses, bahan pewarna (daun/bunga) yang digunakan tidk bisa menghasilkan warna dan besar yang sama, bahkan dua sisi daun yang digunakanpun hasilnya tidak akan bisa sama.

Teknik ecoprint hanya bisa di aplikasikan pada bahan berserat alami, baik nabati maupun hewani. Karena hanya serat alami yang mampu menyerap warna alami dengan baik. Dalam teknikdasar  ecoprint ada dua metode, yaitu dengan dipukul (Pounding/Hapazome) dan di steam atau di kukus.

Teknik pounding/Hapazone adalah dengan meletakkan bagian daun atau bunga di atas kain dan memukulnya dengan palu. Bunga atau daun itu akan meninggalkan bekas warna pada kain. Teknik ini mudah di lakukan tanpa memerlukan alat dan persiapan yang panjang hanya saja dengan teknik pukul warna yang dihasilkan pada kain tidak bisa bertahan lama. Lagipula hanya daun atau bunga tertentu yang bisa dilakukan teknik ini. bunga atau daun yang banyak mengandung air susah untuk dibuat ecoprint dengan teknik pukul.

Teknik yang kedua adalah steam. Teknik ini pada dasarnya adalah mengkukus kain yang sudah dibentangkan beberapa daun dan diikat. Namun sebelum melakukan proses steam ada beberapa proses yang harus dilakukan, antara lain :
1. Scouring (membersihkan kotoran pada kain)
Scouring merupakan  bagian dari proses persiapan sebelum proses pencelupan dan pencapan. Dalam proses ini terjadi proses pemisahan bagian kain dari komponen penyusutan serat berupa minyak, lemak, lilin, kotoran yang larut dan kotoran kain yang menempel pada permukaan serat kain. Jika kain terbebas dari komponen tersebut maka proses selanjutnya dapat berhasil dengan baik.
Jika bahan sutra maka cara scouring nya adalah dengan di rendam dalam larutan cuka 2% selama 30 menit setelah itu bilas lalu tiriskan.
Namun jika berbahan katun, proses scouringnya dengan di rendam larutan TRO (Turkis Red Oil : bahan dasar ditergen) semalam, bilas dan keringkan.

2. Mordanting
Ada dua tahapan dalam proses ini, yaitu :
a. Premordanting
Proses ini bertujuan untuk meningkatkan daya ikat kain terhadap warna alam. Dan proses ini digunakan sebelum pewarnaan kain dengan material alam. Dan proses ini adalah bagian yang sangat pentingdalam proses ecoprint.premordanting di lakukan dengan menggunakan bahan garam-garam logam. Pemilihan gara logam akan mempengaruhi jenis corak warna yang dihasilkan.
Bahan sutra : didihkan air, masukkan tawas dengan konsentrasi 14 gram/liter dan cream of tartar dengan konsentrasi 5 gram/liter. Masukkan kain dan rendam sehari semlam.
Bahan katun : didihkan air, masukkan tawas dengan konsentrasi 14 gram/liter dansoda abu dengan konsentrasi 7 gram/liter, kemudian masukkan kain rendam sehari semalam keudian bilas dan keringkan.

b. Mordan in
Mordant in dilakukan ketika akan melakukan pencetakan daun (ecoprint). Masukkan unsur logam ke dalam kain sehingga mudah mengikat warna alam. Jika menginginkan warna cerah gunakan larutan tawas dengan konsebtrasi 14 gram/liter, jika menginginkan warna gelap gunakan larutan tanjung.

3. Fiksasi
Adalah proses penguncian warna. Gunakan bahan yang mengandung logam seperti tawas, tanjung, kapur atau kombinasi diantara ketiganya dengan konsentrasi yang sama dengan di atas.

Tahapan proses ecoprint dengan menggunakan metode steam adalah :
1. Bentangkan plastik
2. Bentangkan kain diatas plastik
3. Tata daun yang sudah melalui proses treatment
Tidak semua daun mempunyai tannin atau zat lignin. Ada beberapa daun yang mengandung tannin rendah dan harus melewati proses treatmen yaitu dengan cara direndam dengan air panas dengan suhu sekitar 80 derajat selama 15 menit. Kemudian direndam dengan larutan tanjung selama 20-30 menit tergantung tingkat ketebalan daun. Sebelum ditata di atas kain, daun dilap agar kering.
4. Jika ingin mendapatkan bentuk daun maka letakkan daun secara tengkurap. Namun jika ingin mendapatkan rat daun letakkan daun secara terlentang.
5. Jika ingin mendapatkan efek mirorlipat kain menjadi dua secara vertical maupn horizontal.
6. Tutup kembali dengan plastik
7. Buat gulungan dengan menggunakan roller kayu
8. Ikat dengan tali raffia atau katun
9. Kukus minimal 2 jam untuk bahan sutra dan minimal 2,5 jam untukbahan katun







Senin, 18 November 2019

Sesederhana Itu

Euforia Asian Games 2018 yang diadakan di Jakarta dan Palembang itupun telah aku rasakan. Para Atlet Indonesia yang berhasil menyumbang medali baik emas, perak maupun perunggu disanjung-sanjung dan di elu-elukan. Namun ada perasaan menggelitik di hati. Tiba-tiba sebuah cermin memantulkan bayangan diri. Sebuah pertanyaan krusial hadir, sejauh ini apa yang telah aku berikan buat Indonesia? atau paling tidak untuk lingkup terkecil yang ada dalam lingkunganku? atau yang lebih mikro lagi, karya buat diriku sendiri.

Itu adalah kegalauanku setahun yang lalu. Disaat aku masih sibuk dengan membarometerkan kesuksesan orang lain dengan diriku. namun kini berbeda, kini aku yakin bahwa setiap manusia yang diciptakan tidak ada yang sia-sia, semua mempunyai peran peradabannya sendiri-sendiri, begitu juga diriku. bahwa sejatinya peranku adalah menjadi seorang ibu, istri dan wanita. Ibu yang diamanahi tiga orang putra, yang InsyaAllah jika didik dengan baik akan menjadi generasi yang luar biasa. Mungkin bukan aku yang hadir di depan layar, aku cukup menjadi seseorang yang berada di balik panggung. tentu saja sama pentingnya dengan sosok yang akan berdiri di atas panggung.

Lalu sebuah nasehat lama hadir, "Jangan membandingkan dirimu dengan wanita lain, tapi bandingkanlah dirimu hari ini dengan hari-hari kemarin. Jika hari ini kamu lebih lebih baik berarti kamu beruntung."

Memang terkadang menjadi ibu yang bekerja di ranah domestik disebagian masyarakat kita masih termarginalkan, dianggap sosok yang hanya mengadahkan tangan. Namun sejatinya bekerja tak harus menjadi pegawai bukan? masih bisa menghasilkan uang meskipun dari dalam rumahnya. Apalagi di era serba digital seperti ini, menjual konten video atau tulisan pun atau olshop sangat mungkin menghasilkan pundi.

Dan akhirnya kunci sebuah rumah tangga bahagia adalah terletak di suasana hati sang Ibu. Jika ibu sudah selesai dengan dirinya, rasa berharga dan eksistensi diri yang terpenuhi maka akan menjadi salah satu pendorong seorang ibu yang bahagia. Ibu yang tahu untuk apa dia dihadirkan di tengah keluarganya. Wanita yang tahu apa perannya dan tau apa kontribusinya bagi masyarakat. Seorang istri yang tahu bahwa ketaatan kepada suaminya dijalan yang di ridhoi adalah bisa menjadi jalan-Nya menuju surga. Wahai ibu... janganlah kau bandingkan dirimu dengan berbagai keindahan wanita diluaran! karena sejatinya dirimu juga mempunyai peran yang sangat penting di dunia ini, untuk itulah dirimu dihadirkan di muka bumi. Bukankah Allah tidak akan menciptakan sesuatu tanpa maksud?




Kamis, 16 Agustus 2018

Saatku Mengenalmu untuk Berbakti, Berkarya dan Berarti

Suatu hari salah satu kawan di sebuah komunitas menulis, Mbak Hiday Nur (ketua FLP Tuban) mengabarkan bahwa ada open recruitment anggota  FLP (Forum Lingkar Pena) Gresik. Wah inilah yang saya tunggu-tunggu selama ini! pikir saya dalam hati. Kenapa saya berfikir begitu? karena saya sudah mengenal FLP sejak saya masih duduk di bangku SMA, sekitar tahun 2001. Pada waktu itu  presepsi saya FLP adalah sebuah organisasi yang berhasil melahirkan penulis-penulis hebat, banyak karya bagus lahir dari sana. Saya ingat betul, saya pertama kali jatuh cinta dengan karya fiksi, cerpen khususnya, saat membaca kumpulan cerpen yang di terbitkan oleh FLP, salah satu penulis buku tersebut adalah Gol A Gong. 

Seiring berjalannya waktu, referensi tentang penulis yang lahir dari FLP pun bertambah, Asma Nadia, Helvy Tiana Rosa, Pipiet Senja, Kang Abiek, menjadi tambahan penguatan asumsi saya bahwa  FLP adalah sebuah wadah yang sangat bagus buat para penulis untuk mengembangkan kemampuannya di bidang kepenulisan. 

Akhirnya saya bertekad untuk mendaftarkan diri mengikuti open recruitment tersebut. Open Recruitment yang mulai diadakan pada tanggal 5 juli sampai 12 Agustus di Perpustakaan daerah ini ternyata membuat saya semakin jatuh cinta. Banyak ilmu yang diperoleh, Ternyata FLP tidak hanya sekedar sebuah organisasi menulis, tapi di sini kita bisa mendapatkan banyak manfaat di dunia literasi. Seperti mottonya, Berbakti, berkarya dan berarti.

Di hari pertama Oprec, tentu saja materi tentang ke-FLP-an. Apa itu FLP, misi dan visinya, Program kerja FLP, ketua umum dari masa kemasa serta kata para tokoh tentang FLP. lebih mengenal FLP membuat saya jatuh cinta untuk kesekian kalinya lagi. FLP adalah organisasi kepenulisan yang berasaskan islam, yang bergerak di segala bidang yang berhubungan dengan kepenulisan dan pemberdayaan penulis. Waow berasaskan islam, berarti ada nilai-nilai dakwah yang ingin disampaikan. Dan itulah mengapa membuat saya berfikir lagi tentang motto organisasi ini, berbakti, berkarya dan berarti.

Open recruitment yang bertema Metals ( Menggali Potensi Sastrawan di kota Santri) ini dilakukan secara offline (bertatap muka) dan Online (melalui Whatapp) pesertanya dari usia belasan hingga 60 tahun. Masya Allah luar biasa membuat semangat saya terpompa. Bahwa sejatinya belajar untuk berbakti, berkarya dan berarti itu tidak mengenal usia. Dipertemukan dengan orang-orang yang mempunyai spirit yang sama untuk bisa menginspirasi dalam sebuah rangkaian kata. Ya ... inilah jalan da'wah kami. Barisan da'wah para pejuang pena, Forum Lingkar Pena.


#FLPGresik
#OprecFLPGresik


Kamis, 17 Mei 2018

Membangkitkan Fitrah seksualitas Anak Day1


Kuliah Bunsay IIP Materi level 11
Review Day 1

Membangkitkan Fitrah Seksualitas Anak 



Semakin maraknya fenomena 'Bingung" gender di tanyangan televisi maupun di media sosial, membuat para orang tua harus bekerja lebih keras lagi agar anak-anak mereka tumbuh sesuai fitrah seksualitasnya. Laki-laki  menjadi laki-laki sejati dan perempuan juga begitu. Miris sebenarnya melihat banyak penyimpangan yang terjadi di jaman sekarang. maraknya ideologi LGBT dengan dalih HAM dan laki-laki berpakaian dan berprilaku seperti perempuan dan sebaliknya. Padahal Rasulullah telah melaknat laki-laki yang menyerupai perempuan dan perempuan yang menyerupai laki-laki. 

Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata,

Ù„َعَÙ†َ رَسُولُ اللَّÙ‡ِ – صلى الله عليه وسلم – الْÙ…ُتَØ´َبِّÙ‡ِينَ Ù…ِÙ†َ الرِّجَالِ بِالنِّسَاءِ ، ÙˆَالْÙ…ُتَØ´َبِّÙ‡َاتِ Ù…ِÙ†َ النِّسَاءِ بِالرِّجَالِ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki” (HR. Bukhari no. 5885).

Tantangan Gender Jaman Now 
  • Di Keluarga  : Konsep yang samar, tentang peran suami dan istri. Dalam keluarga suami hanya berperan sebagai pencari nafkah sedangkan istri pemikul semua urusan domestik rumah. Belum tuntasnya penguatan konsep gender oleh orang tua ke anak ( anak lelaki yang menyerupai perempuan dan sebaliknya) 
  • Maraknya penyebaran LGBT atas nama HAM  : Maraknya tontonan atau media sosial yang menampilkan bias gender. Laki-laki berpakaian atau berprilaku seperti perempuan dan atau sebaliknya. 
Sebenarnya apa sih yang di maksud dengan mendidik fitrah seksualitas itu? 
Mendidik Fitrah Seksualitas adalah merawat, membangkitkan dan menumbuhkan fitrah sesuai gendernya, yaitu bagaimana seorang lelaki berfikir, bersikap, bertindak, merasa sebagaimana lelaki dan bagaimana seorang perempuan berfikir, bersikap, bertindak, merasa sebagai seorang perempuan. 

Dengan memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut : 
Prinsip 1 : Fitrah Seksualitas memerlukan kehadiran, kedekatan, kelekatan Ayah dan Ibu secara utuh dan seimbang sejak anak lahir sampai usia aqilbaligh (15 tahun) 

Prinsip 2 : Ayah berperan memberikan Suplai Maskulinitas dan Ibu berperan memberikan Suplai Femininitas secara seimbang. Anak lelaki memerlukan 75% suplai maskulinitas dan 25% suplai feminitas. Anak perempuan memerlukan suplai femininitas 75% dan suplai maskulinitas 25%. 

Prinsip 3 : Mendidik Fitrah seksualitas sehingga tumbuh indah paripurna akan berujung kepada tercapainya Peran Keayahan Sejati bagi anak lelaki dan Peran Keibuan sejati bagi anak perempuan. Buahnya berupa adab mulia kepada pasangan dan anak keturunan. 

Untuk itu orang tua hendaknya kembali kepada peran dan fungsi utamanya sebagai pendidik anak-anak. Berkaitan dengan pergeseran seksual dan peran gender yang terjadi saat ini, orang tua wajib bersinergi dalam membangkitkan fitrah seksualitas anak. Karena menumbuhkan fitrah ini banyak bergantung pada kehadiran dan kedekatan dengan ayah dan ibu. 


Seberapa penting membangkitkan fitrah seksualitas anak? 

Penting, penting banget! 

Karena dengan kesadaran yang dimiliki sesuai dengan jenis kelaminnya, akan perperan besar terhadap peradaban. Karena peradaban itu dimulai dari manusia terkecil, individu, kemudian keluarga lalu masyarakat. 

Solusi dalam menjaga fitrah seksualitas anak 

~ orangtua bersama-sama memberikan pengasuhan sesuai tahapan usia anak 

~ Bijak dalam berteknologi, memanfaatkan teknologi sesuai dengan kebutuhan 

~ Berkomunikasi yang BBM, baik, benar dan menyenangkan juga memberikan pendidikan agama sejak dini. 

~ Memberikan lingkungan yang baik, lingkungan dan orang-orang yang bisa saling menguatkan dan saling menasehati dalam kehidupan 

Tahapan pengasuhan anak untuk membangkitkan fitrah seksualitas anak : 

Ø Usia 0-2 tahun anak laki-laki dan anak perempuan didekatkan pada ibunya karena ada menyusui. Ini tahap membangun kelekatan dan cinta. 

Ø Usia 3-6 tahun anak laki-laki dan anak perempuan harus dekat dengan ayah ibunya agar memiliki keseimbangan emosional dan rasional apalagi anak sudah harus memastikan identitas seksualnya sejak usia 3 tahun. 
Ø Usia 7-10 tahun anak laki-laki lebih didekatkan kepada ayah, agar mendapat suplai “kelelakian” atau maskulintas, melalui interaksi aktifitas dengan peran peran sosial kelelakian, misalnya diajak ke masjid, diajak naik gunung, diajak olahraga yang macho. Ayah juga yang harus menjelaskan tentang “mimpi basah” dan fiqh kelelakian, seperti mandi wajib, peran lelaki dalam masyarakat, konsep tanggungjawab aqilbaligh, pokok aqidah dsb. 

Begitu pula anak perempuan lebih didekatkan ke ibunya, agar mendapat suplai “keibuan” atau suplai feminitas, melalui interaksi aktifitas dengan peran peran sejati sosial keperempuanan, misalnya merawat keluarga, memasak, menjahit, menata rumah, menata keuangan dstnya. Bunda juga yang harus menjelaskan tentang “haidh” dan fiqh perempuan, seperti mandi wajib, peran wanita dalam masyarakat, konsep tanggungjawab aqilbaligh, pokok aqidah dsb. 

Ø Usia 11-14 tahun anak laki-laki didekatkan dengan ibu, agar dapat memahami perempuan dari cara pandang seorang perempuan atau ibunya. Anak perempuan didekatkan dengan ayah, karena kelak dia akan menjadi istri dari seorang lelaki yang juga menjadi ayah dan imam bagi keluarganya. 

Ø Usia >15 tahun adalah masa dimana fitrah seksualitas kelelakian matang menjadi fitrah peran keayahan sejati, dan fitrah seksualitas keperempuanan matang menjadi peran keibuan sejati. 


Sumber : Harry Santosa, Fitrah Based Education 



#fitrahseksualitas
#learningbyteaching
#bundasayangsesi11







Sang Bapak


Lelaki itu menatap lekat segelas air sirup di meja. Pikirannya melayang ke masa lalunya. Matanya tak bisa beralih dari gelas yang berwarna merah. Digenggamnya gelas itu dengan erat. Dingin dari gelas  kini telah merambat ke tangannya dan membekukan hatinya. 

Sosok lelaki yang sudah dewasa itu, tubuhnya mengkerut menjadi seorang bocah kecil. Kursi dan mejanya tak lagi sama. Hidangan di meja juga sangat jauh berbeda. hanya ada dua gelas air putih dan nasi berlauk tempe. Sedangkan di ujung meja adalah wanita separuh baya yang wajahnya sangat letih. Posisinya masih sama, memengang gelas. Namun gelasnya kini hanya berisi air putih yang tak bersuhu. Diangkatnya gelas itu dan di letakkan di bibirnya. Air itu tak manis. 

“Emak, kapan kita bisa beli sirup buat berbuka?” kata bocah itu. 

“Nanti ya Le, kalau Emak ada rejeki.” 

Mendengar jawaban dari Emaknya begitu, bocah itu tak banyak protes. Diteguk lagi air putih itu dengan penuh takzim. Dia sangat tahu bagaimana Emaknya harus bersusah payah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sejak Bapaknya minggat entah ke mana. Emaknya banting tulang, pagi menjadi buruh cuci gosok, siangnya mencari rosokan. Membeli dan menikmati segelas sirup ketika berbuka adalah sesuatu yang mewah bagi mereka. 

Setiap hari bocah itu membantu emaknya mencari rosokan. Dari keliling mencari rosokan itulah dia tahu, di rumah warga banyak televisi yang mengiklankan salah satu merk sirup untuk berbuka puasa. Iklan itu memang sangat santer jika bulan ramadhan. Seperti siang ini, dengan keringat yang membuat badannya semakin dekil, dia menyaksikan lagi iklan sirup itu. Lagi-lagi dia menelan ludah. Keinginannya semakin memuncak, kering tenggorokannya semakin meronta ingin dialiri air manis yang beraneka warna. 

Entah syaitan apa yang membisikkan ke dadanya. Dengan terburu-buru dia masuk ke salah satu minimarket. Ditujunya tempat botol sirup berbagai merk dipajang. Diambilnya salah satu botol dan di masukkan ke dalam kaosnya yang sudah melar. Dengan langkah was-was dia meninggalkan deretan botol itu. Namun seorang bapak ternyata memilhat gerak geriknya dari tadi. Dihadang tubuh dekilnya. Badan Andi gemetar, dia tak berani menatap sosok di depannya. 

“Namamu siapa?” 

“Hmm An ... an ... Andi, Pak!” Dengan terbata-bata dia menjawab pertanyaan itu. 

“Lain kali jangan mencuri ya! Ini uang buat kamu bayarkan ke kasir!” Kata bapak itu sambil menyodorkan sejumlah uang. 

Kini Andi menantap Bapak itu dengan penuh ketakutan. Namun seutas senyuman tulus tergambar di wajah sang bapak. Dengan buru-buru dia menuju ke kasir dan membayar sirup yang nyaris dia curi. Setelah membayar, dia menoleh ke tempat Bapak tadi berdiri, namun sudah tidak ada lagi. 

Sejak peristiwa itu Andi selalu berdiri di depan minimarket itu. Menunggu sosok sang Bapak yang telah memberinya sejumlah uang. Namun tak pernah dia temukan. Sosok bapak itu bagaikan seorng malaikat yang diutus untuk membantu dirinya. Untuk merasakan manisnya air yang bernama sirup. 

*** 

“Mas, kok tidak segera berbuka? Sudah adzan dari tadi loh!” Suara lembut dari seorang perempuan yang duduk persis di depannya. Suara lembut itu juga yang telah mengembalikan pikirannya yang sudah melayang dari peristiwa puluhan tahun silam. Seorang perempuan yang telah dia nikahi 4 bulan yang lalu. 

Andi kini menjadi seorang pengusaha yang memiliki pabrik minuman sirup merk terkenal. Setiap ramadhan dia bagikan anekan makanan dan minuman sirup ke panti asuhan, ke anak-anak jalanan dan penghuni kolong jembatan. Dengan berbuat begitu dia merasa bahwa mungkin inilah caranya untuk berterimakasih kepada sosok sang Bapak yang telah menolongnya waktu itu. 



#tantanganRWC
#Day1
#sirup

















Jumat, 20 April 2018

30DWC Menurutku


30 Days Writing Challenge, tantangan 30 hari menulis. Awal tahu tentang 30DWC adalah dari seorang kawan. Seorang kawan telah memberitahu kepadaku bahwa ada tantangan menulis tiap hari minimal 200 kata di media sosial selama sebulan. Dengan niat ingin melatih konsistensi dalam menulis maka aku terima tantangan itu.

21 Maret adalah hari pertama tantangan dimulai. Awalnya agak binggung dengan alur yang harus aku jalani. Tugas awal adalah membuat deklarasi bahwa kita siap untuk mengikuti tantangan ini. Jujur di awal-awal aku masing binggung apalagi banyak istilah-istilah yang menurutku unik untuk digunakan di sebuah komunitas menulis. Fighter, Squad, Kouf, Empire dan Guardian. Bukankah itu adalah sebuah istilah-istilah yang berhubungan dengan peperangan di jaman kekaisaran? Ah ... koreksi jika aku salah. Karena di alam bawah sadarku langsung teringat dengan kekaisaran di Roma. Hehehe 

Apakah ini dibuat seperti peperangan antar squad? Pikiranku waktu itu. 

Aku tergabung dalam Squad 4. Di setiap Squad ada Guardian yang bertanggungjawab dengan rekapan tulisan kita. Menjadi penjamin atau wali dari anggota-anggota Squad itu di grup Empire. Lalu lama-lama aku paham tentang alur mainnya. Squad-squad itu akan berlomba-lomba untuk tetap fight hingga akhir periode, saling menyemangati dan mengingatkan antar anggota squad-nya untuk bisa setor tulisan tepat waktu. 

Lalu peperangannya di mana? Bukan peperangan secara harfiah sebenarnya. Kita berlomba-lomba untuk mengumpulkan poin. Dan poin itu didapat salah satunya dari memberikan feedback dari tulisan squad lain, dan secara bergantian tulisan kita juga akan mendapatkan gilirannya. Kerenkan? Tulisan kita dibaca dan dinilai oleh beberapa orang yang pastinya mempunyai sudut pandang dan pemikiran yang berbeda. Tulisan kita akan dikuliti dengan detail, dari masalah teknik kepenulisan hingga masalah konten yang diangkat. Dari sinilah fungsi sebuah komunitas itu berjalan. Memberikan ruang yang seluas-luasnya agar setiap anggotanya bisa bertumbuh. Belajar dari kesalahan lalu diperbaiki. Sehingga diharapkan tulisan kita semakin berkualitas baik dari segi kepenulisan maupun konten.

Menulis 30 hari banyak tantangannya gak sih? Pasti banyak. Menumbuhkan sebuah konsistensi yang baik pasti mempunyai tantangan. Terkadang di tengah perjalanan ada kebuntuan ide. Lalu kalau begitu bagaimana? Itulah saat komitmen kita sedang dipertanyakan. Jika kita sudah berkominten untuk menerima tantangan ini, maka segala resiko harus dihadapi. Menulis sebenarnya adalah mengabadikan setiap peristiwa atau lintasan pikiran kita dalam sebuah rangkaian kata. Belajar untuk lebih peka dari permasalah-permasalahan sehari-hari, itu bisa menjadi sebuah ide dalam menulis. Yang terpenting untuk selalu ingat, kenapa ada mengikuti tantangan ini bisa menjawab rintangan yang anda hadapi. 

Lalu apa pendapatku tentang 30DWC jilid 12 ini? Sebagai wadah buat para penulis pemula seperti saya pasti memberikan kontribusi positif. Selain untuk melatih konsistensi dalam menulis, di sini kita akan mendapatkan banyak ilmu tentang kepenulisan. Ilmu itu bisa diperoleh dari materi Kouf atau dari feedback tulisan. Berada di atmosfer yang mempunyai gelombang yang sama untuk terus bertumbuh dalam membuat karya lewat sebuah tulisan yang berkualitas. Itulah mengapa mengikuti 30 DWC adalah sebuah trobosan baru untuk penulis pemula agar bisa disiplin dalam menulis. Seperti kata Walter Mosley, “If you want to be a writer, you have to write every day.”


#30dwc
#squad4
#Day30

Kamis, 19 April 2018

Kepergian Bunny

 


Tantangan di kelas bunda Sayang IIP adalah membuat dongeng dari ketika gambar di atas yaitu kelinci, Seorang anak perempuan dan sebuah taman bunga. Dan ini adalah donggeng buatan saya.

*** 
Bunny adalah kelinci kesayangan Sasa. Sudah dua hari ini hilang dari kandangnya. Suatu hari Ussy melihat Bunny berlari kelapangan. Dengan berlari Ussy kerumah Sasa untuk memberitahu.

"Sasa, kelinci kamu hilang ya?" kata Ussy.

"Iya, sudah dua hari Bunny tidak ada di kandangnya." Jawab Sasa sambil memperlihatkan mimik sedih di wajahnya.

"Eh ... tadi aku lihat Bunny lari ke lapangan loh!"

"Serius?" Kini wajah Sasa nampak ceria.

"Iya, ayo kita cari sama-sama!" Ajak Ussy sambil menarik tangan Sasa.

Di sepanjang perjalanan, Sasa dan Ussy berteriak memanggil nama Bunny.

"Bunny ... Bunny ...kamu di mana?"

Di lapangan Sasa bertemu banyak teman-temannya yang sedang bermain. Ada Rudi, Mail dan Joni. Mereka sedang bermain layang-layang.

"Hai Rud, kamu lihat seekor kelinci berlari kesini tidak?" tanya Sasa.

"Kelinci warna putih?" tanya Mail.

"Iya benar!" jawab Ussy.

"Tadi aku lihat dia berlari ke sana!" Jawab Joni sambil menunjuk ke taman yang berada di samping lapangan.

"Oke... terimakasih ya!" jawab Ussy dan Sasa hampir berbarengan.

Sasa dan Ussy berlari menunju taman yang terletak persis di samping kiri lapangan itu. Taman itu begitu indah, banyak bunga warna-warni tumbuh di sana. Ada bunga berwarna merah, ada bunga berwarna ungu, ada bunga matahari yang berwarna kuning. 

"Bunny ... Bunny ...!" teriak Sasa. 

Tiba-tiba ada gerakan aneh di semak-semak yang terletak di pojok taman.

"Sasa lihat itu!" kata Ussy sambil menunjuk semak-semak itu. Dengan mengendap-endap, mereka berdua menuju ke sana. Di sana di lihatnya Bunny sedang memakan rumput.

"Bunny ...!" teriak Sasa dambil menangkap kelincinya. 

"Maafkan aku Bunny, mulai sekarang aku akan memberi kamu makan setiap hari. Sehingga kamu gak perlu pergi dari kandang untuk mencari makan." kata Sasa sambil mengelus-elus kelinci kesanyangannya.

Sejak saat itu Sasa merawat Bunny dengan baik. Membersihkan kandangnya setiap dua minggu sekali, memberi makan setiap hari dan mengganti tempat minumnya.


#30DWC
#Squad4
#BunsayIIP
#Mendongeng