Jumat, 20 April 2018

30DWC Menurutku


30 Days Writing Challenge, tantangan 30 hari menulis. Awal tahu tentang 30DWC adalah dari seorang kawan. Seorang kawan telah memberitahu kepadaku bahwa ada tantangan menulis tiap hari minimal 200 kata di media sosial selama sebulan. Dengan niat ingin melatih konsistensi dalam menulis maka aku terima tantangan itu.

21 Maret adalah hari pertama tantangan dimulai. Awalnya agak binggung dengan alur yang harus aku jalani. Tugas awal adalah membuat deklarasi bahwa kita siap untuk mengikuti tantangan ini. Jujur di awal-awal aku masing binggung apalagi banyak istilah-istilah yang menurutku unik untuk digunakan di sebuah komunitas menulis. Fighter, Squad, Kouf, Empire dan Guardian. Bukankah itu adalah sebuah istilah-istilah yang berhubungan dengan peperangan di jaman kekaisaran? Ah ... koreksi jika aku salah. Karena di alam bawah sadarku langsung teringat dengan kekaisaran di Roma. Hehehe 

Apakah ini dibuat seperti peperangan antar squad? Pikiranku waktu itu. 

Aku tergabung dalam Squad 4. Di setiap Squad ada Guardian yang bertanggungjawab dengan rekapan tulisan kita. Menjadi penjamin atau wali dari anggota-anggota Squad itu di grup Empire. Lalu lama-lama aku paham tentang alur mainnya. Squad-squad itu akan berlomba-lomba untuk tetap fight hingga akhir periode, saling menyemangati dan mengingatkan antar anggota squad-nya untuk bisa setor tulisan tepat waktu. 

Lalu peperangannya di mana? Bukan peperangan secara harfiah sebenarnya. Kita berlomba-lomba untuk mengumpulkan poin. Dan poin itu didapat salah satunya dari memberikan feedback dari tulisan squad lain, dan secara bergantian tulisan kita juga akan mendapatkan gilirannya. Kerenkan? Tulisan kita dibaca dan dinilai oleh beberapa orang yang pastinya mempunyai sudut pandang dan pemikiran yang berbeda. Tulisan kita akan dikuliti dengan detail, dari masalah teknik kepenulisan hingga masalah konten yang diangkat. Dari sinilah fungsi sebuah komunitas itu berjalan. Memberikan ruang yang seluas-luasnya agar setiap anggotanya bisa bertumbuh. Belajar dari kesalahan lalu diperbaiki. Sehingga diharapkan tulisan kita semakin berkualitas baik dari segi kepenulisan maupun konten.

Menulis 30 hari banyak tantangannya gak sih? Pasti banyak. Menumbuhkan sebuah konsistensi yang baik pasti mempunyai tantangan. Terkadang di tengah perjalanan ada kebuntuan ide. Lalu kalau begitu bagaimana? Itulah saat komitmen kita sedang dipertanyakan. Jika kita sudah berkominten untuk menerima tantangan ini, maka segala resiko harus dihadapi. Menulis sebenarnya adalah mengabadikan setiap peristiwa atau lintasan pikiran kita dalam sebuah rangkaian kata. Belajar untuk lebih peka dari permasalah-permasalahan sehari-hari, itu bisa menjadi sebuah ide dalam menulis. Yang terpenting untuk selalu ingat, kenapa ada mengikuti tantangan ini bisa menjawab rintangan yang anda hadapi. 

Lalu apa pendapatku tentang 30DWC jilid 12 ini? Sebagai wadah buat para penulis pemula seperti saya pasti memberikan kontribusi positif. Selain untuk melatih konsistensi dalam menulis, di sini kita akan mendapatkan banyak ilmu tentang kepenulisan. Ilmu itu bisa diperoleh dari materi Kouf atau dari feedback tulisan. Berada di atmosfer yang mempunyai gelombang yang sama untuk terus bertumbuh dalam membuat karya lewat sebuah tulisan yang berkualitas. Itulah mengapa mengikuti 30 DWC adalah sebuah trobosan baru untuk penulis pemula agar bisa disiplin dalam menulis. Seperti kata Walter Mosley, “If you want to be a writer, you have to write every day.”


#30dwc
#squad4
#Day30

Tidak ada komentar:

Posting Komentar