Rabu, 18 April 2018

Dunia Lain

Dunia lain bukan alam gaib, namun dunia lain yang saya maksudkan di sini adalah dunia yang benar-benar belum pernah saya jangkau sebelumnya, baik dari segi pemikiran, pengalaman dan pengetahuan. Dan Bali menjadi pintu pembuka dunia lain itu. Banyak hal baru yang aku temui di sini, mulai dari pergaulan, kebiasaan, budaya hingga pengalaman hidup.

Warung Made's

Seorang kawan suami, mengajak kami makan malam di sebuah rumah makan yang menghidangkan masakan Bali dan menu ala barat. Warung Made's di jalan Seminyak Bali. Suasana khas Bali kental sekali terlihat. Suara gendingannya, bangunananya, bau bunga dan dupa. Banyak bule di kanan kiri, minuman dan makanan yang 'haram' menurut islam juga tersedia di sini. Aku seperti memasuki dunia lain, menjadi orang asing dengan identitas pakaianku. Ya ... aku menjadi orang asing di negeriku sendiri. Tidak hanya itu, dunia lain berupa hal-hal yang baru juga dituturkan malam itu.


Kawan suami bercerita, bahwa dia pernah jatuh bangun membangun bisnis hingga bangkrut ratusan juta rupiah. Geliat bisnis di Bali memang godaan bagi para pengusaha untuk ikut  berkecimpung setelah melihat peluang yang bagus di sini. Bisnis apapun ada di sini, makanan, pakaian, kerajinan  hingga jasa. Sebagai tempat wisata bertaraf internasional bisnis-bisnis itu menjamur di sepanjang jalan di Denpasar, Kuta, Legian, Canggu dan tempat-tempat wisata lainnya. 
Kuta Square


Kebangrutan yang hampir mencapai milyaran itu lantas tak membuat dirinya menyerah, bangkit lagi untuk menemukan fighting Spirit-nya. Berguru langsung kepada motivator ternama, seperti Merry Riana, Tung Dasem Waringin. Pernah suatu hari dia mengadakan event seminar yang menghadirkan Merry Riana sukses besar. Waktu itu Merry Riana lagi naik daun, laba dari event itu dibuatnya untuk membeli sebuah mobil.

Di tengah obrolan kami tentang dunia bisnis, dia bertutur bahwa Nabi Muhammad adalah seorang ekonom yang handal. Waow saya takjub sekali mendengar kata-kata itu. Karena kata-kata itu keluar dari seorang yang bukan muslim. Padahal dari perbincangan kami, aku tahu dia sudah melahap banyak buku tentang motivator dan bisnis, tapi malah memuji sosok seorang nabi Muhammad adalah sesuatu yang di luar ekspektasi.

Hal ini menjadi "dunia lain" bagiku, di duniaku yang berasal dari lingkungan pegawai pasti tidak pernah merasakan hal-hal yang demikian. Bagaimana jatuh bangunnya memulai usaha. Bagi kami, keluarga yang mayoritasnya  pegawai selalu hidup di 'dunia aman', kerja dan mendapatkan gaji bulanan.

Selain obrolan tentang bisnis, obrolan kami juga merempet tentang budaya Bali. Mendengarkan kisah budaya Bali langsung dari penduduk aslinya adalah sebuah moment yang istimewa, banyak hal yang baru yang pasti menjadi referensi yang berbeda. Chemistri-nya mungkin  tidak bisa didapat dari membaca buku. Akulturasi kebudayaan menjadi cerita 'dunia lain' selanjutnya malam ini.

"Budaya Bali sebenarnya sangat kental dengan dengan budaya Cina, ada akulturasi kebudayaan di sini," katanya. 

Dia bercerita banyak tentang kultur Negeri Tiongkok yang banyak mewarnai kehidupan di Bali. Sentuhan tradisi Cina begitu terasa dalam tradisi masyarakat Bali. Budaya dari Negeri Tirai Bambu itu mendapat tempat yang tidak kalah istimewanya, karena tidak semata sebagai produk akulturasi budaya dalam fungsi horizontal atau sebagai penikmat seni sesama manusia. Namun juga turut andil dalam fungsi vertikal dalam dimensi spiritual di Bali. 

Tradisi kesenian dan peninggalan arkelogi Bali sangat terlihat. Seni tari misalnya, tari Baris Cina yang masih terpelihara kuat di Renon, Semawang dan di daerah-daerah lainnya. Dalam wilayah seni sastra, orang Bali sudah mengenal betul cerita Sampik Ing Tai. Sebuah cerita dari Cina. Cerita ini sangat terkenal di daerah Buleleng. Bahkan kisah cinta I Sampik dan Ing Tai sudah dieksploitasi ke dalam berbagai bentuk kesenian Bali seperti pupuh (tembang puisi tradisional Bali). Begitu juga dengan arsitekturnya. Banyak gaya bangunan Bali yang mengadopsi unsur-unsur budaya Cina, seperti patra (model ukiran) Cina.  

Tari Baris Cina
Dalam dimensi spiritual juga terdapat unsur-unsur budaya Cina yang masuk ke Bali. Barong misalnya, orang bali menggunakan Barong di pura-pura yang dikenal dengan sebutan pelawatan atau petapakan. Di hari baik tertentu, pelawatan atau petapakan itu diberikan upacara khusus dan umat hindu Bali melakukan sembayang bersama.

Barong Bali



#30DWC
#Dunia
#squad4

2 komentar:

  1. Bali emang beda ya.
    Ditunggu kisah di balinya Bunda ;-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe mba Nania ... aku padamu, selalu setia membaca tulisan di blogku... pokoknya padamu deh

      Hapus