Jumat, 13 April 2018

Terimakasih Kenzo 2


Gundukan tanah di depanku ini kelihatan masih basah. Bau bunga kenanga dan mawar masih tercium di hidung. Di atas gundukan itu ada papan yang bertuliskan huruf-huruf dan angka. Mama yang berada di depanku menangis. Aku sedih sekali ketika melihatnya menangis hampir di sepanjang hari. Senyumamnya yang biasanya mengembang di wajahnya, memperlihatkan deretan giginya yang putih dan lesung pipi yang merekah kini seakan sirna. Matanya kini lebih sembab, rambutnya dibiarkan menjuntai, bahkan ketika di meja makan, makanan di hadapannya hanya dipandanginya. Mamaku seperti kehilangan semangat hidupnya. 

Sama seperti mama, aku juga sangat sedih. Aku kehilangan seseorang yang selama ini sangat dekat denganku. Teman mainku, teman bersepeda, teman bercerita dan yang terakhir kami lakukan bersama adalah mencat rumah. Papa adalah segalanya, di saat aku belum punya teman, dia adalah teman pertamaku, yang tak pernah membuat aku menangis, tidak seperti teman-temanku sekolah. Kami tidak pernah bertenggar atau berebut mainan. 

Kini tanpa papa semua hampa. Di depan televisi yang biasa kami main mobil-mobilan berdua, kini aku sendiri. Aku lihat mama masih sama seperti biasanya, memandangi bunga mawar kesanyanganya di balik jendela. Ya itu menjadi rutinitasnya setelah kepergian papa. Kini aku merasa sangat kesepian, sepi sekali. Aku seperti tak mempunyai siap-siapa lagi. Kumainkan mobil-mobilanku ke depan dan belakang, sesekali aku lirik mamaku, dia masih di sana namun kini aku lihat air mata meleleh di pipinya. 

Kini aku tak lagi bersekolah, tak mau sekolah tepatnya, sudah seminggu. Waktu di sekolah aku lebih banyak diam atau menyendiri saat istirahat. Hampir tak banyak berinteraksi dengan orang. Dan di rumah juga begitu, karena di rumah ini hanya ada aku dan mamaku, dan mamaku sekarang lebih banyak diam lalu menangis. 

Suatu hari Om Dani berkunjung ke rumah. Kata Om Dani, dia di telepon Nenek disuruh berkunjung ke sini. 

“Ken, Om dengar kamu sudah lama gak sekolah ya?” tanyanya siang itu. 

“Iya, Om. Mungkin sudah segini.” Sambil kutunjukkan jari yang menunjukkan angka 7. 

“Kenapa?” 

“Ga pa apa. Ken gak suka sekolah. Ken gak punya teman!” 

“Besok Ken mau gak diantar Om Dani ke sekolah?” tanyanya sambil menatap mataku. 

“Lihat besok ya, Om!” Aku berjalan menuju ke kotak mainanku. Aku ambil dua mobil, warna merah dan biru. Lalu mobil warna biru aku kasihkan ke Om Dani, sebenarnya itu mobil kesanyangan papa.

“Om, kita main mobil-mobilan yuk?” tanyaku. 

“Iya, tapi kamu janji dulu besok kita ke sekolah bersama!” katanya. Aku setuju dengan tawaran yang di berikan kepadaku dengan isyarat anggukan kepala.


Bersambung ...

#BinatangKesayangan
#30DWC
#Squad4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar