Jumat, 22 November 2019

Sebuah Novel dari Sudut pandang Anak Usia 6 Tahun : Di Tanah Lada




Judul                              : Di Tanah Lada
Penulis                           : Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie
Penerbit                         : Gramedia Pustaka Utama
Genre / Kategori          : Novel / Fiksi
ISBN                              : 978-602-03-1896-7
Tahun Terbit & Cetakan : 2015/1


Buku yang ditulis oleh Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie ini terdiri dari 240 halaman. Dan buku ini adalah pemenang kedua sayembara menulis novel Dewan Kesenian Jakarta tahun 2014. Sebuah karya dari penulis muda ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie yang berdomisili di Bandung yang lahir pada tahun 1993 ini berlatar belakang dari sudut pandang seorang anak berusia 6 tahun. Sebelumnya Ziggy lebih banyak menulis tentang tema horor dan fantasi. Dibandingkan dengan karya Ziggy Semua ikan di Langit, novel Di tanah Lada ini lebih mudah untuk dipahami.


Buku ini menceritakan tentang seorang anak yang bernama Salva yang mempunyai trauma terhadap sosok papa. di dalam pembukaan, di bab awal, Salva menceritakan sosok papanya yang bagaikan hantu, kejam dan dingin. Namun ia mempunyai seorang kakek dan mama yang sangat baik. Sebelum kakeknya meninggal, kakek Kia, papa dari ayahnya, memberikan hadiah sebuah kamus Bahasa Indonesia di hari ulang tahunnya.  Sejak saat itu, Ava, panggilan Salva, pintar sekali berbahasa Indonesia. Jika ada kata-kata yang tidak dimengerti yang diucapkan orang tuanya atau orang di sekitarnya, dia kan mencari tahu dengan membuka kamus pemberian kakek Kia.


Setelah Kakek Kia meninggal, Papa Salva memperoleh warisan uang yang banyak. Karena Papanya suka berjudi, maka mereka bertiga pindah ke rusun Nero. Sebuah rusun kumuh namun dekat dengan kasino, tempat papanya berjudi. "Ya! Bagus, kan? Kau lihat gang kecil di samping rusun ini? Kalau kita lewat sana, terus saja, bisa langsung tembus ke kasino!" (Halaman 15)


Di rusun Nero Ava bertemu dengan anak laki-laki bernama P. P adalah seorang anak laki-laki yang mempunyai latar belakang yang hampir sama dengan Ava. Papanya P sering memarahi dan memukulnya. Mempunyai latar belakang yang hampir sama, Ava dan P merasa cocok untuk berteman. Ava yang mempunyai kebiasaan berbahasa indonesia yang baik dan benar membuat P merasa ada yang aneh dengan Ava. "Tapi kamu ngomongnya aneh. Kayak orang besar." Aku binggung. "Mama dan Kakek Kia selalu menyuruhku bicara seperti ini. Katanya aku tidak boleh bicara seperti anak-anak di sekolah, karena cara bicara mereka kurang baik." (Halaman 24)


Ava menyukai P karena P pintar meskipun tidak sekolah. Ava di kenalkan P dengan Mas Arli dan kak Suri, dua orang yang sangat baik kepadanya. Mas Arli dan kak Suri mengajari banyak hal kepada P. Saat Papa Ava melakukan kekerasan, Mama Ava memutuskan untuk meninggalkan suaminya dan pergi dari rusun Nero. Dalam situasi begini, Ava merasa  tidak bisa meninggalkan P, karena P tidak memunyai siap-siapa lagi apalagi setelah papa P menyetrika tangan P. Akhirnya mereka berdua berencana untuk tinggal di rumah nenek Ava, di tanah lada. Dalam perjalanan akhirnya P tahu siapa ayah dan ibu kandungnya dan disitulah petualangan dua anak dimulai dan berakhir.


Membaca Novel ini penuh dengan pesan moral. Sebuah cerita dengan sudut pandang anak kecil yang penuh dengan kepolosan, ketulusan dan kesederhanaan. Apalagi dengan celoteh lucu khas anak-anak membuat novel ini terasa hidup. Sosok Ava yang selalu membawa kamus kemana-mana dan akan mencari tahu kata-kata yang asing baginya menjadi  bumbu yang menarik untuk buku ini. Akhirnya sebuah ending cerita yang menjadi perenengun kita semua, bahwa terkadang orang dewasa terlalu egois untuk memberikan masalah traumatis bagi anak-anak yang mempunyai pikiran yang masih sangat sederhana. Dan dalam mengambil sebuah keputusan harusnya dipikirkan matang-matang.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar