Kamis, 22 Maret 2018

Rumah itu Bernama Bumi



Rumah itu bernama bumi. Di mana aku mulai melangkahkan kakiku di dunia literasi. Walaupun sebelumnya juga pernah mengikuti grup yang serupa, namun di bumi ada banyak hal yang berbeda.

Rumah itu bernama bumi, Di mana banyak ilmu  tentang dunia kepenulisan yang aku jumpai. Bagaimana cara menulis dialog yang benar, cara penggunaan kata sambung, kata depan, sebutan orang, dan seabreg tata cara penulisan yang disempurnakan.

Rumah itu bernama Bumi. Di Bumi untuk pertama kalinya tulisanku diapresiasi. 
Diapresiasi dengan cara dibedah dengan komentar-komentar yang membuat aku semakin melek akan kekurangan dan kesalahan. Ternyata masih banyak yang harus aku perbaiki.

Rumah itu bernama Bumi. Di Bumi baru pertama kali membuat cerita bersambung yang dipublikasi.
Cerita bersambung yang 12 episode  belum juga selesai. Namun di sini aku banyak belajar tentang konsistensi.

Rumah itu bernama Bumi. Di Bumi aku temukan orang-orang yang merasa senasib seperjuangan. Yang setiap malam terkadang harus begadang hanya karena satu alasan ... setoran tulisan.

Di bumi ... adalah sebuah rumah bagiku, di sana ada persahabatan, ada persaudaraan, ada coletahan, ada canda, ada tawa, (mungkin) juga ada cinta.

Di bumi aku tumbuh dan berkembang. Layaknya sebuah biji yang memerlukan pupuk, tanah yang subur, cukup air dan sinar matahari. Di sini, aku biji itu mendapatkan semua itu.

Terimakasih buat para peje atas ilmu dan pendampingannya. Mas Suden, Mbak Wiwid, Mbak Nisya dan mbak Lia ... sungguh kalian luar biasa. Mohon maaf dan terimakasih banyak untuk teman-teman penghuni rumah Bumi semuanya. Karena kalian semuanya, bumi menjadi begitu berwarna. 



NB : Sebenarnya ingin di postingan kali ini, ada poto-poto penduduk Bumi.

10 komentar: