Senin, 26 Februari 2018

Mahalnya Rasa Terimakasih

Kemarin saat kami keluar kota dan memilih melaui jalan tol, ada kejadian yang mengusikku. Antrian pintu tol itu nampak tak biasa, ada 2 mobil di depan mobil kami yang tidak kunjung jalan. Ternyata seorang pengemudi taksi sedang sibuk mencari pinjaman kartu E-toll nya. Entah karena saldo kartunya habis atau lupa tidak membawanya? saya juga tidak tahu pasti. Setelah berkeliling untuk meminjam kartu tol dari beberapa mobil tidak kunjung dapat, akhirnya si supir itu menghampiri mobil kami.

"Pak, pinjam kartunya?" tanyanya tanpa basi-basi.

"Oh ... ini, tapi nanti di ganti uang ya!" kata suamiku.

"Ih ... Ayah pelit banget sih, gitu ajah minta dibalikin!" sahutku, saat supir taksi itu sudah hilang dari pandangan kami.

"Loh biar gak jadi kebiasaan, nanti kalau digratisin malah nyandu." Suamiku memberikan alibinya.

"Ah ... Ayah mah alesan."

 Tak berselang lama, supir itu datang dengan membawa kartu dan uang.

"Ini pak kartunya, habis Rp.5500." Sambil menyodorkan uang Rp.5000  kepada suamiku. Dengan buru-buru dia berlalu, karena menyadari karena ulahnya sudah membuat antrian dan macet panjang.

"Tuh... kan wong habisnya Rp.5500 ngasihnya Rp.5000." Kata suamiku

"Ih... masak sih yah?" tanyaku tak percaya.

 "Sebenarnya gak apa-apa sih, cumakan harusnya dia  berterima kasih, sudah dipinjami kartu, e.. malah yang minjamin di rugikan," kata suamiku.

"He... he... lucu ya," timpalku.

Sebenarnya ini masalah budaya masyarakat kita atau ulah beberapa oknum yang maunya enak sendiri dengan merugikan orang lain? secara logika, Dia harusnya memberikan sejumlah uang Rp.5500,00 atau kalau memang tidak punya uang  recehan Rp.500,00  kan bisa juga dilebihkan menjadi Rp.6000,00. Kelebihan uang 500,00 sebagai ucapan terimakasih kan tidak ada salahnya, daripada dia lari sana-sini, sudah membuat macet, sudah mendzolimi orang banyak. Atau mungkin memang uangnya cuma Rp.5000,00? ah kalau ini sih, menurt saya
kemungkinan yang paling tidak mungkin ya. Sekali lagi ini bukan masalah uang Rp.500, tapi masalah akhlak. Uang Rp.500,00 bisa saja kami anggap sebagai sedekah. Namun yang jadi masalah adalah ketika tidak ada unggapan rasa terimakasih, malah merugikan orang yang berbuat baik kepadanya. Coba tengok bagaimana islam memperintahkan untuk membalas kebaikan orang lain kepada kita.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Barangsiapa diperlakukan baik (oleh orang), hendaknya ia membalasnya. Apabila dia tidak mendapatkan sesuatu untuk membalasnya, hendaknya ia memujinya. Jika ia memujinya, maka ia telah berterimakasih kepadanya, namun jika menyembunyikannya, berarti dia telah mengingkarinya” (HR. Bukhari).

Islam juga adalah agama yang penuh kasih sayang. Ia bukan hanya mengajarkan manusia membangun hubungan baik dengan Allah sang Maha Pencipta, tetapi juga mengajarkan untuk membangun hubungan baik dengan sesama manusia.

Salah satu bentuk hubungan baik sesama manusia adalah berterima kasih ketika mendapatkan pemberian atau perlakuan baik dari orang lain. Menyampaikan terima kasih kepada sesama manusia atas kebaikannya bahkan merupakan indikator apakah seseorang bisa bersyukur kepada Allah atau tidak atas nikmat-nikmat dariNya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لاَ يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ
Tidak dikatakan bersyukur pada Allah, siapa yang tidak tahu berterima kasih kepada sesama manusia. (HR. Tirmidzi dan Abu Daud; shahih)



10 komentar:

  1. Seharusnya dia berterima kasih. Ngeselin banget sih!

    BalasHapus
  2. Waduh...tepok jidat. Jadi sadar diri sendiri lupa berterima kasih sangking paniknya. Untung tetangga dekat. Ucapannya diurang dulu hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha besok di bawain kolak bund tetangganya hahahaha

      Hapus
  3. Akhlak itu memang yang paling utama yang harus ditanamkan.

    BalasHapus
  4. Makin lama makin krisis adab terhadap sesama ya,Nauzubillah .

    BalasHapus
  5. Nomor plat mobilnya berapa Bund?😄

    BalasHapus